HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SMP
NEGERI SE-KECAMATAN UNAAHA KABUPATEN KONAWE
Oleh: ERPINA PAGALA
ABSTRACT : Formulation
of the problem in this study is whether there is a relationship between
headmaster leadership with the teacher performance in Secondary Schools in all
Unaaha District Konawe Regency?. The purpose of this study was to determine the
relationship between headmaster leadership with the teacher performance in
Secondary Schools in all Unaaha District Konawe Regency. The population in this
study were all Secondary Schools teachers in Unaaha District Konawe Regency.
Determination o f the sample size at each school conducted random sampling, so
the overall sample size namely 59 people. Based on the results of inferential
statistical analysis found that there is a positive relationship between
headmaster leadership styles with teacher performance as indicated by the
regression equation Y = 9.87 + 0.84 X. Regression analysis showed that each
increase or decrease the score variable headmaster leadership will be followed
by an increase or decrease in scores for teacher performance variables of 0.84
at constant 9.87. This means that the better headmaster leadership in in
Secondary Schools in all Unaaha District Konawe Regency, then the higher the
teachers performance. Correlation test results showed that the positive and
significant correlation between headmaster leadership with teacher performance
as indicated by a correlation coefficient of 0.775 with a determination 0.6006
meaning that 60.06% increase in teacher performance is influenced by the
leadership of headmaster. Thus, the level of teacher performance is closely
connected with the headmaster leadership; so as to improve the performance of
teachers will require good headmaster leadership.
I. PENDAHULUAN
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai posisi
sentral dalam pendidikan manusia. Selain itu, sekolah mempunyai tanggung jawab
sosial yang besar kepada bangsa ini. Oleh karena itu, pengelola pendidikan harus
dapat menganalisis berbagai faktor yang mungkin berpengaruh dengan lembaganya.
Banyak faktor yang mempengaruhi dunia pendidikan diantaranya adalah kepemimpinan
seorang kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seorang pemimpin yang akan
menentukan langkah-langkah pendidikan yang efektif di lingkungan sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di lingkungan
satuan pendidikan harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah tentukan.
Kepemimpinan dalam lingkungan satuan pendidikan selalu melibatkan upaya seorang
kepala sekolah untuk mempengaruhi perilaku para guru dalam suatu situasi. Agar
kepala sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya, dia bukan saja harus
memiliki wibawa tetapi harus memiliki kesanggupan untuk menggunakan wibawanya
terhadap para guru supaya diperoleh kinerja yang baik.
Kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi pendidikan
di lingkungan sekolah. sekolah jugs membutuhkan seorang pemimpin yang siap
bekerja kerns untuk dapat memajukan sekolah sehingga mutu pendidikan semakin
meningkat. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan,
disamping itu kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Hal tersebut semakin penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah yang
menghendaki dukungan kinerja yang efektif.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah
bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan dalam sekolah yang
dipimpinnya.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru di SMP Negeri se- Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe ?
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru di SMP Negeri se- Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe.
II. KAJIAN
PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
Kepemimpinan yang efektif memiliki peranan penting bagi
keberhasilan suatu organisasi. Kepemimpinan dikatakan efektif atau tidak
tergantung penerapan dari seorang pemimpin. Kepala sekolah sebagai seseorang
yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya
tujuan, peranan, dan mutu pendidikan di sekolah.
Menurut Nawawi
(2004:94) mengemukakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur melalui
beberapa indikator, yaitu: (1) Proses pengambilan keputusan, (2) Proses
komunikasi antara kepala sekolah dengan guru, (3) Penerimaan kreatifitas atau
inisiatif guru, (4) Penerimaan kritik, saran, pendapat dari guru, (5) Sifat
pemberian tugas kepada guru, (6) Tanggung jawab pimpinan (kepala sekolah) dalam
pelaksanaan tugas (7) Penerapan sanksi atau hukuman.
Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan kepemimpinan
adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama
di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Kepemimpinan menurut Indrafachrudi (2006:2) kepemimpinan adalah suatu
kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah
tujuan itu.
Slamet
(2002:29) mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses,
atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orangorang agar berbuat sesuatu
dalam rangka pencapaian tujuan tertentu.
Kepemimpinan merupakan segala hal yang berhubungan dengan
pekerjaan memimpin. kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, dan
mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk
digerakkan ke arah tujuan tertentu (Suyuti, 2002:7)
Wahjosumidjo (2011:83) mengartikan bahwa kepala sekolah
adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan murid yang menerima
pelajaran.
Nurkholis (2003:121) mengemukakan bahwa kepala sekolah
sebagai pemimpin harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan
sukarela melaksanakan kewajibaban secara baik sesuai yang diharapkan pimpinan
dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan kepala sekolah terutama
ditujukan kepada guru karena merekalah yang terlibat langsung dalam proses
pendidikan.
Dari
beberapa definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah
adalah pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan yang berperan mengarahkan dan
membimbing seluruh pihak yang ada dalam lembaga pendidikan dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan serta mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah,
Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
work performance atau job performance yang berarti prestasi kerja. Banyak
pandangan dari para ahli mengenai istilah kinerja yang pada prinsipnya sepakat
bahwa kinerja merupakan upaya dalam menghasilkan suatu prestasi kerja.
Menurut Moeheriono (2009:60) kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi, misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan
strategic suatu organisasi. Samsudin (2006:159) memberikan pengertian kinerja
sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dapat dicapai seseorang dengan
menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Kinerja
adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuntitas yang dicapai oleh
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2004:67). Sedangkan menurut Sulistiyani dan
Rosidah (2003:223) menyatakan kinerja sesorang merupakan kombinasi dari
kemampuan, usaha, kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya.
Kinerja pada dasarnya berupa produk akhir (barang/jasa)
atau bentuk perilaku, kecakapan, kompetensi, sarana dan keterampilan fisik yang
dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi. Menurut Darma dalam Simanjuntak
(2005:5) menyatakan bahwa penilaian kerja harus didasarkan pada level-level
prestasi secara menyeluruh atau secara rici dilakukan dengan memberi rangking
bagi tiap bidang pertanggung jawaban. Menurut Hasibuan (2005:87) penilaian
kinerja adalah menilai hasil kerja rasio nyata dari standar kualitas maupun
kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan.
Kinerja menurut As'ad (2001:48) adalah keberhasilan
seseorang pekerja terkait dengan keberhasilan dalam menyelesaikan tugasnya. Hal
tersebut dapat dilihat dari sisi kualitas, ketepatan waktu dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilakan setiap
prang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan (Rivai, 2004:309).
Menurut Sudjana (2002:17) kinerja guru dapat dilihat dari
kompetensinya melaksanakan togas-togas guru, yaitu: (1) merencanakan proses
belajar mengajar; (2) melaksanakan dan mengelolah proses belajar mengajar; (3)
menilai kemajuan proses belajar mengajar; (4) menguasai bahan pelajaran.
Menurut Mulyasa (2004:136) mendefinisikan kinerja sebagai
prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk
kerja. Dalam Konteks tentang kinerja, Sucipto (2002:72) merinci cakupan wilayah
kinerja atas lima faktor dominan, yaitu (1) kualitas kerja; (2)
kecepatan/ketepatan; (3) inisiatif; (4) kemampuan; dan (5) komunikasi.
Simanjuntak (2005:100) menyatakan bahwa kinerja setiap
individu dipengaruhi oleh faktor: (1) kompetensi individu orang yang
bersangkutan; (2) dukungan organisasi;dan (3) dukungan manajemen. Kompetensi
individu dipengaruhi oleh kemampuan dan motivasi. Dukungan organisasi dapat
berupa pengorganisasian, penyediaan sarana dan prasarana kerja, pemilihan
teknologi, kenyamanan lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.
Dukungan manajemen berhubungan dengan dukungan pimpinan dalam memberikan
motivasi kepada individu untuk bekerja secara optimal.
Dalam perkembangan suatu organisasi diperlukan
orang-orang yang memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi, begitu juga
organisasi pendidikan. Kemampuan tersebut harus dimiliki oleh seorang tenaga
pendidik atau guru yang dapat mengembangkan sikap profesionalismenya dalam mengajar.
Kemampuan tersebut menurut Rahman (2003:101) meliputi: (1) kemampuan
mengembangkan kepribadian; (2) menguasai dasar-dasar kependidikan dan
pengajaran; (3) menguasai bahan pengajaran; (4) kemampuan menyusun program
pengajaran; (5) kemampuan melaksanakan program pengajaran dan pengelolaan
kelas; (6) kemampuan menilai proses hasil pembelajaran; (7) kemampuan mengenai
administrasi sekolah; (8) kemampuan melaksanakan kode etik guru; (9) kemampuan
menyelenggarakan program bimbingan dan penyuluhan; dan (10) kemampuan
mengembangkan profesinya.
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru merupakan
salah satu unsur di bidang pendidikan harus berperan aktif dan menempatkan
kedudukannya sebagai tenaga profesioanal. Sebagai tenaga profesional guru
dituntut untuk memiliki kemampuan dalam hal: (1) merancang dan merencanakan
program pembelajaran; (2) mengelola dan melaksanakan program pembelajaran (3)
mengelola pelaksanaan program pembelajaran (4) menilai proses dan hasil
pembelajaran; dan (5) mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses
belajar. (Kunandar, 2008:57).
Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan,
pengelolaan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar siswa. Sebagai perencana,
maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di
lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan
sebagai evaluator maka guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil
belajar siswa (Sanjaya, 2005:134).
Syah (2007:85) menyatakan bahwa tugas guru dalam proses
pembelajaran lebih menekankan pada penggunaan strategi belajar yang
berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran. Peranan
gurudalam proses pembelajaran adalah: (1) sebagai demonstrator; (2) sebagai
pengelola kelas; (3) sebagai mediator; (4) sebagai fasilitator; (5) sebagai
inovator dan (6) sebagai evaluator. Sebagai demonstrator, guru harus
menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan. Sebagai pengelola kelas, guru
harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Sebagai mediator, guru
hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang media
pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber
pembelajaran. Sebagai evaluator, guru harus mampu melakukan penilaian kegiatan
pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan pengertian kinerja menurut para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalahl hasil kerja yang dicapai
seorang guru yang berkaitan dengan kualitas kerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
B. Penelitian
yang Relevan
Nasriati (2007), dengan judul "Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja Guru di SMP Negeri 10 Kendari" yang
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala
sekolah terhadap motivasi kerja guru.
Masnur (2005), dengan judul "Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah dengan Kinerja Tata usaha pada SMP Negeri di Kota Kendari"
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja tata usaha pada SMP Negeri di Kota Kendari.
I Wayan Semueil (2011), dengan judul "Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru SMK Negeri Manado"
yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan motivasi kerja guru di SMK Negeri Manado.
C. Kerangka Pikir
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan cara yang dilakukan
oleh kepala sekolah sebagai pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan dalam
mempengaruhi guru, mendorong, mengarahkan, membimbing, dan menggerakkan guru
dalam upaya memajukan sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu,
kepala sekolah dituntut agar dapat mengarahkan dan membimbing guru untuk
bekerja secara lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam menjalankan tugas,
karena salah satu faktor penting bagi peningkatan kinerja guru adalah
kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah.
Kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai guru di
lembaga pendidikan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Kinerja guru yang baik adalah salah satu faktor penting yang
diperlukan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Agar mutu pendidikan menjadi
baik, maka perlu di dukung peningkatan kinerja guru.
Kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sangat erat
hubungannya, dimana kepemimpinan kepala sekolah menentukan kinerja guru. Bila
kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah baik maka guru akan
melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik dan berkualitas sehingga
kinerja guru meningkat, sebaliknya bila kepemimpinan yang diterapkan kepala
sekolah buruk maka akan kinerja guru menurun. Oleh karena itu, diduga
kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kinerja guru.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah "terdapat
hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP
Negeri se-Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe".
III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP Negeri se- Kecamatan Unaaha
Kabupaten Konawe yang berjumlah 144 orang. Penentuan besarnya sampel dilakukan
dengan menggunakan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2007). Berdasarkan
perhitungan tersebut maka besarnya sampel adalah sebanyak 59 guru. Penentuan
besarnya sampel pada setiap sekolah dilakukan secara random sampling. Gay dan
Diehl (dalam Kuncoro, 2003:111) menyatakan bahwa, untuk studi
korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada atau tidaknya
hubungan. Dengan demikian jumlah sampel yang ditetapkan peneliti dalam
penelitian ini adalah 59 guru (responden) dianggap telah memenuhi syarat sampel minimum.
B. Variabel dan Desain Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Variabel Bebas (independent variabel) (X)
Variabel bebas
adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah.
2. Variabel Terikat (dependent variabel) (Y)
Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam
penelitian ini adalah kinerja guru.
Konstelasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Dimana :
X = Kepemimpinan Kepala Sekolah
Y = Kinerja Guru
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Angket / Kuesioner
Metode angket adalah
metode yang memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang
akan dijadikan objek penelitian. Dalam penelitian ini angket yang digunakan
adalah angket tertutup yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa barang-barang
fisik. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan, notulen rapat, catatan harian,
dan lain sebagainya.
3. Wawancara
Metode wawancara
digunakan untuk melengkapi data yang yang belum diperoleh baik melalui
angket/kuesioner maupun dokumentasi.
D. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
selanjutnya akan dianalisis sebagai berikut :
1.
Analisis secara
deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata (R), Median (Me),
Modus (Mo) dan Standar Defiasi untuk masing-masing variabel.
2.
Uji persyaratan,
yaitu untuk mengetahui normalitas data.
3.
Analisis
inferensial yang dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan variabel bebas (X)
dengan variabel terikat (Y), maka digunakan analisis regresi linear sederhana. Sedangkan
untuk mengetahui keberartian koefisien regresi digunakan uji-F.
Kriteria keberartian dari persamaan tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
1)
Jika Fhitung
> Ftabel pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti ada pengaruh yang
signifikan Variabel X terhadap variabel Y.
2)
Jika Fhitung < Ftabel pada taraf
signifikan 95 % (α = 0,05) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan Variabel
X terhadap variabel Y.
Untuk mengetahui
linearitas persamaan regresi, maka digunakan uji linearitas . Adapun kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut :
1)
Jika Fhitung > Ftabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05)
berarti persamaan regresi yang diperoleh tidak bersifat linear.
2)
Jika Fhitung < Ftabel pada
taraf signifikan 95% (α = 0,05) berarti persamaan regresi yang diperoleh
bersifat linear.
Untuk mengetahui hubungan vanabel X dengan
vanabel Y, maka digunakan analisis korelasi product moment
Adapun kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut
1)
Jika thitung
> ttabel, pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) berarti ada
hubungan yang signifikan antara variabel
X clan variabel Y.
2)
Jika Fhitung
< Ftabel pada taraf signifikan 95% (α = 0,05) berarti tidak ada hubungan
yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
E. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang akan diuji :
H0
: p = 0 Tidak ada hubungan yang positif
antara kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan kinerja guru (Y).
H1
: p > 0 Ada hubungan yang positif
antam kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan kinerja guru (Y).
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Hasil Penelitian
Deskripsi
data hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas
mengenai keadaan tiap variabel yang diteliti yaitu variabel kepemimpinan kepala
sekolah (X) dan kinerja guru (Y). Untuk lebih jelasnya deskripsi data hasil
penelitian dari masing-masing variabel akan diuraikan sebagai berikut.
1. Deskripsi Data Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Data
variabel kepemimpinan kepala sekolah diukur dengan menggunakan angket yang
terdiri dari 35 pernyataan yang menggunakan Skala 1 sampai 5 sehingga skor
tertinggi setiap pernyataan adalah 5 dan skor terendah adalah 1, sedangkan
secara teoritik skor tertinggi adalah 175 (5 x 35) dan skor terendah adalah 35
(1 x 35). Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif variabel
kepemimpinan kepala sekolah pada lampiran 4 halaman 74-76, dapat dilihat bahwa
skor maksimum 109, nilai minimum 84, rata-rata (X) 97,97, median(Me) 97,86,
modus(Mo) 97,78, dan standar defiasi (S) 5,66.
2. Deskripsi
Data Kinerja Guru (Y)
Data
Variabel kinerja guru diukur dengan menggunakan angket yang terdiri dari 30
pernyataan dengan menggunakan skala 1 sampai 5 sehingga skor tertinggi pada
setiap pernyataan adalah 5 dan skor terendah adalah 1. Sedangkan secara
teoritik skor tertinggi adalah 150 (5x30) dan skor terendah adalah 30 (1x30).
B. Pengujian Hipotesis
Uji Normalitas data dimaksudkan untuk memastikan bahwa
data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah benar-benar memiliki populasi,
dengan asumsi bahwa data populasi berdistribusi secara normal. Dengan demikian
maka hasil analisis dan kesimpulan data penelitian dapat digeneralisasikan
terhadap populasi penelitian.
Berdasarkan hasil uji normalitas data kepemimpinan kepala
sekolah (X) diperoleh nilai X2hitung = 0,880, jika
dibandingkan dengan X2tabel pada α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = k-1 = 7-1 = 6, sehingga diperoleh nilai X2tabel
= 12,592. Dengan demikian, X2hitung = 0,880 < X2tabel
= 12,592, hal ini berarti data kepemimpinan kepala, sekolah berdistribusi
normal. Berdasarkan uji normalitas data kinerja guru (Y) diperoleh nilai X2hitung
= 1,878, jika dibandingkan dengan X2tabel pada α = 0,05
dan derajat kebebasan (dk) = k-1 = 7-1 = 6, sehingga diperoleh nilai X2tabel
= 12,592. Dengan demikian, X2hitung
= 1,878< X2tabel =
12,592, hal ini berarti data kinerja guru berdistribusi normal.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
"terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kinerja guru di SMP Negeri se Kecamatan Unaaha Kabupaten Konawe".Dengan
kata lain diduga bahwa semakin baik kepemimpinan kepala sekolah, maka kinerja
guru pun akan semakin tinggi. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi linear sederhana dan analisis korelasi sederhana.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana antara kepemimpinan kepala
sekolah (X) dan kinerja guru (Y), maka diperoleh nilai koefisien regresi (b)
adalah sebesar 0,84 dan nilai konstanta sebesar 9,87. Dengan demikian maka
bentuk hubungan antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan
variabel kinerja guru dapat ditunjukkan
dengan persamaan regresi linear sederhana Y = 9,87 + 0,84 X. Persamaan regresi
tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan satu skor variabel
kepemimpinan kepala sekolah, maka akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan
skor variabel kinerja guru sebesar 0,84 pada konstanta 9,87.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam studi
korelasional (hubungan), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan kinerja guru (Y) di SMPN seKecamatan
Unaaha kabupaten Konawe.
Untuk mengetahui besarnya hubungan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan kinerja guru di SMP Negeri se-Kecamatan Unaaha Kabupaten
Konawe, dalam penelitian ini digunakan angket. Jawaban responden terhadap
angket yang diajukan untuk memberi data tentang kepemimpinan kepala sekolah dan
kinerja guru sebagaimana dalam lampiran 1 dan 2.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diketahui
bahwa variabel kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori sedang, hal ini
berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada responden yaitu kategori tinggi
sebanyak 10 orang (16,95 %), kategori sedang sebanyak 36 orang(61,02 %), dan
kategori rendah sebanyak 13 orang (22,03%). Sedangakan variabel kinerja guru
berada pada kategori sedang, hal ini berdasarkan hasil angket yang diberikan
yaitu kategori tinggi sebanyak 10 orang (16,95 %), kategori sedang sebanyak 39
orang (66,10 %), dan kategori rendah sebanyak 10 orang (16,95%).
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala
sekolah dengan kineda guru seperti ditunjukkan oleh persamaan regresi Y =
9,87+0,84X. Persamaan regresi ini menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan
atau penurunan satu skor kepemimpinan kepala sekolah, maka akan mengakibatkan
kenaikan atau penurunan satu skor kinerja guru sebesar 0,84 pada konstanta
9,87.
Hasil
uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan
antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru seperti ditunjukkan
oleh koefisien korelasi sebesar 0,775 dengan determinasi 0,6006 yang berarti
bahwa 60,06% peningkatan kinerja guru dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala
sekolah. Artinya, semakin baik kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik
pula kinerja guru. Dengan demikian tinggi rendahnya kinerja guru sangat
berhubungan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Berdasarkan hasil uji keberartian koefisien korelasi
diperoleh nilai thitung sebesar 9,24, sedangkan nilai ttabel
sebesar 2,000. Dengan demikian thitung 9,24 > ttabel 2,000, yang berarti terdapat hubungan
yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah (X) dengan kinerja guru (Y). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa agar kinerja guru dapat meningkat maka kepala
sekolah harus dapat menerapkan kepemimpinan yang baik sehingga guru dapat
bekerja dengan semangat dan tanggung jawab yang tinggi.
Temuan penelitian ini didukung oleh beberapa ahli antara
lain adalah Wahosumidjo (2011: 108-109) yang menyatakan bahwa kepala sekolah pada
hakikatnya adalah sumber semangat bagi para guru, staf dan siswa. Oleh sebab
itu, kepala sekolah harus selalu membangkitkan semangat, percaya diri terhadap
para guru, staf dan siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah
secara antusias, bekerja secara bertanggung jawab ke arah tercapainya tujuan
sekolah (inspiring).
Menurut Nurkholis (2003: 121) mengemukakan bahwa kepala
sekolah sebagai pemimpin harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar
dan sukarela melaksanakan kewajiban secara baik sesuai yang diharapkan
pimpinan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
D. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan
penelitian ini telah diupayakan secara optimal dan penuh kehati-hatian dengan
mengikuti prosedur penelitian ilmiah agar hasil penelitian yang diperoleh
adalah obyektif dan ilmiah. Namur peneliti tetap menyadari akan adanya
kekurangan dan keterbatasan-keterbatasan yang antara lain disebabkan oleh Instrumen
penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti, dan tidak diuji coba. Penilaian
kepemimpian kepala sekolah dan kinerja guru didasarkan pada persepsi responden
sehingga unsur-unsur yang sifatnya subyektivitas responden ini tidak tidak
dapat dikontrol oleh peneliti.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala
sekolah (X) dengan kinerja guru (Y) di SMP Negeri se-Kecamatan Unaaha Kabupaten
Konawe. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kinerja guru ditentukan oleh
kepemimpinan kepala sekolah. Dengan demikian semakin baik kepemimpinan kepala
sekolah diterapkan maka semakin tinggi kinerja guru, demikian sebaliknya
semakin kurang baik kepemimpinan kepala sekolah diterapkan maka makin rendah
kinerja guru.
B. Saran
Penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
kepala sekolah perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi seperti bertanggung
jawab dalam pelaksanaan tugas, pengambilan keputusan, dan menjalin komunikasi
dan kerjasama yang baik dengan guru. Hal ini mengingat temuan dalam penelitian
ini adalah signifikan yaitu hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja
guru.
2.
Dalam rangka
meningkatkan kineda guru perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan dan hardpan Para guru agar mereka mau bekerja dengan semangat dan
tanggung jawab yang tinggi.
3.
Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat menambah
variabel-variabel prediktor lainnya yang merupakan faktor-faktor pengaruh
terhadap kinerja guru, sehingga pada akhirnya didapatkan sumbangan pemikiran
yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rhineka, Cipta.
As'ad,
Moch. 2001. Seri ilmu manajemen Sumber Daya manusia: Psikologi Industri. Yogyakarta:
Liberty.
Daryanto,
ME 2001. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Effendy, Onong Uchyana. 2002. Dinamika
Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Fattah, Nanang. 2004. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hadi,
Sutrisno. 2000. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hasibuan, H. Malayu S. P.
2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Herujito,
Yayat M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Grasindo Persada.
Indrafachrudi, Soekarto. 2006.
Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia
Kunandar,
2008. Guru Profesional. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mangkunegara, Anwar Prabu.
2004. Manajemen Sumber daya manusia
Perusahaan.Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja
berbasis kompetensi. Surabaya: Ghalia indonesia.
Moejiono, Imam. 2002. Kepemimpinan
dan keorganisasian. Yogyakarta: UII Press.
Mulyana, Dedy. 2001. Komunikasi
Organisasi Strategi meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi
Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Miftah,
Thoha. 2005. Kepemimpinan dalam Manajemen Berta Pendekatan Perilaku. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Nawawi, H Hadari. 2004.
Administrasi Personel: Untuk Meningkatkan Kualitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Mas
Agung.
Nurkholis.2003. Manajemen
Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Purwanto, Ngalim. 2002. Administrasi
dan Supervise Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rahman,
Abdul. 2003. Pengelolaan Pengajaran. Bintang Selatan. Makassar.
Rahman,
dkk. 2006. Peron Strategic Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
pendidikan.Jatinangor: Al Qaprint
Riduwan.
2007. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: alfabeta.
Rivai,
Veizal. 2004. Manajemen Sumber Daya manusia Untuk perusahaan dare Teori ke
Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins,
P. Stephen. 2002. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhalindo.
Sadirman. 2005. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada.
Samsudin, Sadili. 2006. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sanjaya,
Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Prenada Media Grup.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen
Sumber daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Simanjuntak, J.P. 2005. Manajemen
dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Sucipto.
2000. Kompetensi Guru. Bina Aksara. Bandung. Sudjana. 2002. Metode
Statistika edisi ke 6. Bandung: Tarsito. Sugiyono.2000. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sulistyani,
Ambar teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Suprihatin,
MH.dkk. 2004. Manajemen Sekolah. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan
pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Tjiptono,
Fandy. 2001. Strategi
Pemasaran.Yogyakarta: Andi Ofset Ukas, Maman. 2004. Manajemen,
Bandung: Agini,
Wahjosumidjo. 20011. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking