DESKRIPSI TIPE KEPEMIMPINAN KETUA
KOPERASI PEGAWAI
REPUBLIK INDONESIA (KPRI) HARMONIS
RUMAH SAKIT JIWA KENDARI
Oleh : Wa
Ode Nirmayani
Abstract
: The
formulation of the problem in this research is to describe the type of
leadership that implemented what Chairman of the Cooperative in running
leadership in KP-RI Harmony Kendari Mental Hospital?
Other research
methods used by the author is using a qualitative approach, which begins with
the preliminary study and formulation of the problem, collecting data using
interviews, observations, and documentation to describe the type of leadership
that leaders applied KP-RI Harmony Mental Hospital Kendari Southeast Sulawesi
Province. Data analysis techniques used in this research is descriptive
qualitative type of analysis From the interview, observation and documentation
also triangulate the found that the Chairman KPRI Harmonious have leadership
traits are leaning on the type of democratic leadership, it can be seen from
the decision-making related to managerial functions that have been implemented
in this unit both in terms of planning, control and evaluation.
The conclusions
of this research are 1) Harmonious Leadership at KPRI favored by democratic
leadership, it can be seen from some of the traits of leadership that has been
implemented on the harmonic KPRI Chairman subordinates namely: Like
deliberation, communicative, participatory, motivate subordinates, knowing
disadvantages and advantages and disadvantages of subordinates, concerned with
more important things. This is consistent with the characteristics of the type
of Democratic leadership, 2) implementation of democratic kepemimipinan KPRI
Chairman Harmonic encountered in managerial functions, because in this process
a lot of use Harmonies KPRI Chairman traits of leadership in the planning,
mobilization and evaluation
Keywords:
Description Type of Leadership
PENDAHULUAN
Dimensi kepemimpinan yang terus berubah dengan segala
kompleksitasnya mengakibatkan terjadinya pergeseran pola pikir manusia dalam
memandangnya. Dalam lingkup organisasi yang melibatkan banyak individu, tidak
lagi melihat kepemimpinan ini sebagai model manajemen baru tetapi sebagai suatu
keperluan untuk mempertahankan hidup. Semakin banyak orang bekerja di
tempat-tempat yang jauh dan sangat bergantung pada kemajuan teknologi dan
informasi, dunia secara terus-menerus menjadi semakin kompleks, berubah dan
mengglobal.
Kemampuan
dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting
effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan
kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk
menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat
mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai
pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
Pada era
reformasi, peran koperasi diharapkan mampu mewujudkan koperasi sebagai suatu
lembaga ekonomi professional yang berperan sebagai penggerak jaringan usaha dan
merupakan salah satu landasan penting dalam meningkatkan motivasi pelayanan
terhadap masyarakat. Disamping itu diraharapkan mampu untuk turut serta dalam
membangun tatanan perekonomian nasional dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, dalam arti
koperasi sebagai lembaga yang bisa menjadi wadah pelaku ekonomi berdasarkan
demokrasi ekonomi.
Untuk
merealisasikan keberhasilan usaha koperasi sebagai salah satu instrumen
pembangunan ekonomi, diperlukan sumberdaya manusia yang mampu mengembangkan potensi
dalam perbaikan kualitas dan produktivitas koperasi. Jadi, untuk
menumbuhkembangkan koperasi diperlukan manajemen yang baik karena dapat
menentukan maju mundurnya koperasi.
Berkaitan
dengan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi koperasi, koperasi membutuhkan perubahan atau sekurang-kurangnya
kondisi yang memungkinkan perubahan itu terjadi banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor atau karakteristik yaitu gaya, model dan tipe yang dipakai
dalam memimpin.
Masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana tipe kepemimpinan yang diterapkan Ketua Koperasi dalam menjalankan
kepemimpinannya pada KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari?
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
tipe kepemimpinan yang diterapkan Ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa
Kendari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran dalam pengembangan pengetahuan di bidang manajemen, terutama
menyangkuti kepemimpinan; dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan
tipe kepemimpinan Ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari, sehingga
memberikan nilai positif terhadap peningkatan usaha koperasi ke depan; dan dapat
menjadi acuan bagi peneliti lain guna penelitian yang relevan dan komprehensif
pada masa mendatang.
Sudriamunawar dalam Harbani
(2008: 3) mengemukakan bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan
tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke
arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Nawawi (2006: 9)
kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang
(dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang terarah pada tujuan bersama.
Thoha
(2010: 9) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi
perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan
maupun kelompok.
Selanjutnya
Siagian (2009: 75-82), gaya kepemimpinan dapat di uraikan ada lima ciri-ciri
tipe.
a.
Tipe
Paternalistik
Dalam
tipe kepemimpinan ini, ciri-cirinya adalah: (1) Penonjolan keberadaannya
sebagai simbol organisasi. Seorang pimpinan yang paternalistik senang untuk
menonjolkan diri sebagai seorang figure; (2) Sering menonjolkan sikap “paling
mengetahui”. Karena itu, dalam prakteknya tidak jarang menunjukkan gaya
“menggurui” dan, bahwa para bawahannya harus melaksanakan apa yang
“diajarkannya” itu. Dengan kata lain, dengan ciri ini, seorang pimpinan tidak
“membuka pintu” bagi bawahannya untuk menunjukkan kreativitas dan inovasi. (3)
Memperlakukan bawahan sebagai orang-orang yang belum dewasa bahkan seolah-olah
mereka masih anak-anak. Dalam hal ini pimpinan tidak mendorong kemandirian para
bawahannya karna tidak ingin mereka berbuat kesalahan kesalahan yang pada gilirannya
berakibat kerugian pada organisasi; (4) Sentralisasi pengambilan keputusan,
pimpinan disini yang menentukan pengambilan keputusan. Pelimpahan wewenang
kepada bawahannya dan organisasi tidak pernah terjadi; (5) Sikap melindungi,
pimpinan lebih takut mengambil resiko yang tercermin dalam sikap manajemen yang
tidak mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko karna takut akan timbul
dampak negatif bagi organisasi.
b.
Tipe
Otoriter
Tipe
kepemimpinan ini ciri-cirinya: (1) Penonjolan diri yang berlebihan sebagai
simbol keberadaan organisasi hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan
organisasi adalah identik. Napoleon yang berkata bahwa, “Negara adalah aku”,
merupakan contoh apa yang dimaksud.Dengan demikian yang bersangkutan memandang
dan memperlakukan organisasi sebagai miliknya; 2) Pimpinan yang otoriter
biasanya di hinggapi penyakit gila kehormatan dan menggemari berbagai upacara
dan seremoni yang menggambarkan kehebatannya pada waktu mengenakan pakaian
kebeserannya dengan berbagai atribut keberhasilannya; 3) Tujuan pribadinya
identik dengan tujuan organisasi. ciri ii merupakan konsekuensi dari tiga cirri
yang disebut terdahulu.Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya bahwa
para bawahanya mengabdi pada dirinya; 4) Karena pengabdian para karyawan
diinterprestasikan sebagai pengabdian yang sifatnya pribadi, loyalitas para
bawahan merupakan tuntutan yang sangat kuat.dengan demikian sehingga
mengalahkan aspek-aspek yang lain seperti kinerja, kejujuran, serta penerapan
norma-norma dan etika; 5) Penerapan disiplin organisasi yang keras dan
menjalankannya dengan sikap yang kaku. Dalam suasana kerja seperti itu tidak
ada kesempatan bagi para bawahannya untuk bertanya, apalagi megajukan pandapat
dan saran; 6) Upaya untuk menciptakan instrument pengawasan sedemikian rupa
sehingga dasar ketaatan para bawahannya bukan kesadaran, melaikan ketakutan.
c.
Tipe
Laissaz Faire (bebas)
Ciri-ciri
tipe kepemimpinan ini adalah : (1) Gaya santai yang berangkat dari pandangan
bahwa organisasi tidak ada masalah yang serius kalaupun ada, selalu dapat di
temukan peyelesainnya. Dengan kata lain, pimpinan tipe ini tidak memiliki sense
0f crisis; (2) Pimpinan ini tiadak mengambil risiko dan lebih cenderung
pada upaya mempertahankan status quo; (3) Tipe ini gemar melimpahkan wewenang
kepada bawahan dan lebih menyenanggi situasi bahwa bawahanlah yang mengambil
keputusan dan keberadaanya dalam organisasi lebih bersifat supportif; (4)
Enggan mengenakan sanksi apalagi keras terhadap bawahan yang menampilkan
perilaku disfungsional atau menyimpang, tetapi sebaliknya, senang mengobral
janji; (5) Memperlakukan bawahan sebagai rekan dan karena itu hubungan yang
bersifat hierarkis tidak disenangginya; (6) Keseraasian dalam interaksi
organisasional dipandang sebagai etos yang dipertahankan.
d.
Tipe
Demokratik
Ciri-ciri
tipe ini adalah : (1) Mengakui harkat dan martabat manusia. Dengan demikian,
berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan dengan cara-cara yang
manusiawi; (2) Menerima pendapat yang mengatakan sumber daya manusia merupakan
unsaur yang paling strategisdalm organisasi meskipun sumber daya dan dana
lainnya tetap diakui sebagai sumber yang penting, seperti uang dan modal,
mesin, materi, metode kerja, waktu, dan informasi yang kesemuanya hanya
bermakna apabila diolah dan digunakan oleh manusia, misalnya menjadi produk
untuk di pasarkan kepada para konsumen yang memerlukannya; (3) Para bawahannya
adalah insan dengan jati diri yang khas dan karena itu harus di perlakukan
dengan mepertimbanggkan kekhasannya itu; (4) Pimpinan yang demokratik tangguh
membaca situasi yang dihadapi dan dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan
situasi tersebut; (5) Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau
melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada para bawahannya sedemikian
rupa tanpa harus kehilangan kendali organisas; (6) Mendorong para bawahan
mengembangkan kreativitasnya untuk diterapkan secara inovatif dlam
pelaksanaannya kerjanya; (7) Tidak ragu membiarkan para bawahan mengambil
resiko dengan catatan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh telah di
perhitunggkan dengan matang; (8) Pimpinan yang demokratik bersifat membidik dan
membina, dalam hal bawahan berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat
menghukum.
e.
Tipe
Kharismatik
Ciri-ciri kepemimpinan adalah: (1)
Mempunyai daya tarik kuat bagi orang lain sehingga orang lain itu bersedia
mengikuti tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu; (2)
Menampilkan perilaku yang lain dari yang di tampilkan oleh para pimpinan tipe
lainnya,seperti perilaku yang tidak konvensial, tidak sekedar mengiukuti arus,
dan sering melakukan tindakan yang berani. Jika berhasil dalam praktek,
perilaku demikian menimbulkan kekaguman di kalangan para bawahannya yang pada
gilirannya berakibat pada makin tingginya tingkat kesediaan mereka menjadi
pengikut pimpinan yang bersangkutan; (3) Mampu membaca situasi organisasional
yang di hadapinya dan mampu mengenali karakteristik para bawahanya sehingga
meyesuaikan gaya kepemimpnannya degan situasi yang di hadapinya.
Berikut ini ada lima fungsi manajemen
yang paling penting menurut Handoko (2002: 21) yang berasal dari klasifikasi
paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henry Fayol yaitu:
a.
Planning atau perencanaan
merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan
strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
b.
Organizing atau
pengorganisasian ini meliputi: Penentuan sumber daya-sumber daya dan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan
dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa
hal-hal tersebut ke arah tujuan. Penugasan tanggung jawab tertentu
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya.
c.
Staffing adalah penarikan
latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan
dalam lingkungan kerja yang mengutungkan dan produktif.
d.
Leading atau fungsi
pengarahan adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan
apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
e.
Controlling atau pengawasan
adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
METODE
PENELITIAN
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
telah dilaksanakan pada KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Jln. DR.
Sutomo No. 29 Kendari pada tanggl 19 September sampai 02 Oktober 2012.
Pendekatan
dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dalam latar yang wajar dengan menggunakan paradigm fenomenologis karena
bertujuan memahami fenomena-fenomena yang terjadi dalam subjek penelitian.
Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini terdiri dari:
a.
Data
primer terdiri dari data pokok yang diperoleh secara langsung dari ketua, bendahara,
sekretaris, karyawan dan anggota koperasi
b.
Data
sekunder adalah data tambahan yang sifatnya menjadi pelengkap dalam penelitian
ini yang meliputi sejarah berdirinya KPRI Harmonis, struktur organisasi
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
usaha memperoleh data penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik
pengumpulan data dengan instrumen sebagai berikut:
1. Observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap obyek yang diteliti yaitu aktivitas pimpinan koperasi.
2. Wawancara yaitu dengan mengadakan wawancara bebas dengan ketua,
sekretaris, bendahara, karyawan dan anggota koperasi mengenai tipe kepemimpinan
yang diterapkan oleh ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari (instrumen
utama):
3. Dokumentasi meliputi sejarah berdirinya KPRI Harmonis,
struktur organisasi, (instrumen pelengkap).
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan
akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Hasil analisisnya diuraikan
secara deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai tipe kepemimpinan pada
Ketua KPRI Harmonis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepemimpinan
pada saat melakukan perencanaan
Peneliti
melakukan wawancara Ketua KPRI Harmonis Ibu Nurhaerani pada tanggal 20
September 2012 di RSJ Kendari, peneliti menanyakan tentang bagaimana
sistematika pembuatan rencana kerja dan siapa saja yang dilibatkan didalamnya,
beliau mengatakan bahwa:
Dalam melakukan perencanaan saya
membuat perencanaan kerja, saya mengumpulkan pengurus dan mengadakan meeting
internal, didalam forum ini kami menyusun rencana kerja untuk tahun depan rapat
ini melibatkan saya sebagai ketua KPRI Harmonis dan para karyawan. Rencana
kerja dan rancangan anggaran belanja
selesai maka akan kami bahas pada rapat
kerja dan Rapat Anggaran Pembiayaan Belanja (RAPB) yang dilakukan setiap satu
tahun sekali di akhir tahun, rapat tersebut adalah rapat yang membahas laporan
pertanggung jawaban setiap unit juga rapat untuk membuat dan menetapkan
rancangan kerja dan anggaran untuk tahun depan.
Setiap akan ada rapat rencana kerja
para anggota diberi peran khusus untuk memberikan masukan dan usulan untuk
rencana kerja, karena menurut saya anggota merupakan salah satu unsur
terpenting dalam koperasi berdasarkan prinsip koperasi yang bahwa anggota
adalah unsur terpenting didalamnya.
Untuk mengetahui perencanaan
tersebut sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Nurhayati, maka peneliti
juga menanyakan hal yang sama kepada bendahara Ibu Rosniati, wawancara tanggal
22 September 2012 diadakan diruangan beliau, beliau mengatakan bahwa:
Setiap tahun saya sebagai Bendahara
dikumpulkan untuk bermusyawarah membuat perencanaan kerja untuk tahun depan,
mulai dari teknik mencanangkan rencana yang sudah dibuat dan bagaimana
masing-masing untuk dimusyawarakan pada rapat internal untuk diajukan pada
rapat RK dan RAPB yang dilakukan setiap akhir tahun, rancangan kerja merupakan
usulan dari para karyawan dan para anggota saya bawa pada saat musyawarah dan
kemudian dirembukkan program-program yang sama saya yan baik bisa dijalankan
dan program-program yang tidak sehat
tidak dijalankan.
Kemudiaan
peneliti juga menanyakan tentang apakah Ketua KPRI Harmonis menetapkan standar
indikator keberhasilan, beliau mengatakan bahwa:
Iya kami selalu
menetapkan ukuran keberhasilan di awal
dengan orang-orang yang terlibat didalam koperasi karena lebih baik disepakati
diawal sehingga bisa kami ukur mana saja hal yang belum berhasil dan sudah
berhasil secara bersama-sama kami menetapkan indikator-indikator bersama di
semua unit usaha.
Kepemimpinan
Pada Saat Melakukan Proses Implementasi
Peneliti
menanyakan tentang implementasi yaitu dengan proses pengorganissasian dan
penggerakan dari perencanaan yang sudah ada di atas peneliti menanyakan
bagaimana beliau melakukan pengorganisasian pada beliau mengatakan bahwa:
Dalam proses
pengorganisasian dalam unit usaha SP dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok saya sebagai
Ketua menempatkan bawahan sesuai dengan bidangnya, seperti yang mempunyai
keterampilan membuat kerajinan tangan saya tempatkan disana, karena KPRI
Harmonis sangat mendukung potensi yang dimiliki bawahan.
Peneliti
kemudian melanjutkan pertanyaan bagaimanakah beliau memberikan tugas kepada
bawahannya, beliau menjawab
Dalam pemberian
tugas saya cenderung mementingkan apa yang lebih penting tugas yang memang
sangat dibutuhkan pada waktu itu, saya meminta tolong kepada Ibu Rosa tau Ibu
Yati mereka sebagai bendahara dan sekretaris KPRI Harmonis.
Kemudian
peneliti menambahkan pertanyaan tentang pembimbing dan pemberian motivasi
kepada para bawahannya dinyatakan oleh salah satu karyawan yang menyatakan
bahwa:
Biasanya sesudah
rapat kerja Ibu Nurhaerani mengumpulkan karyawan untuk diberikan pengetahuan
tentang tugas-tugas perorangan dan program-program yang akan dijelaskan dengan
lengkap sampai kami mengerti dengan benar apa yang harus dilakukan dan program
yang akan dicapai ditahun depan. Ibu Nurhaerani memberikan kata-kata yang memotivasi
kami seingat saya beliau pernah menyatakan bahwa kini ini satu tim, kita harus
bekerja sama untuk kebaikan dan kemajuan koperasi ini seperti itu mungkin yang
pernah dikatakan beliau.
Peneliti juga
memberikan pertanyaan tentang pendelegasian tugas kepada para bawahan kepada
Ibu Nurhaerani beliau mengatakan bahwa :
Dalam melakukan
pendelegasian tugas kepada para bawahan saya biasanya mengerjakan sendiri tugas
saya sesuai kemampuan saya, tapi kalau seandainya ada tugas yang memang
sama-sama penting maka saya mendelegasiakan tugas itu kepada teman-teman, tapi
dalam hal pendelegasian saya punya hal yang tidak boleh dilupakan saya
mendelegasikan tugas itu saya kepada orang yang memang sungguh-sungguh saya
tidak mau kalau seandainya tugs itu kemudian tidak sesuai gara-gara tidak ada
kesungguhan karean sekali saya mendelegasikan tugas tetapi tidak selesai dengan
tepat maka saya tidak akan mempercayai orang-orang yang sama untuk tugas-tugas
tertentu.
Kepemimpinan
Pada Saat Melakukan Proses Evaluasi
Di sini akan
dipaparkan hasil wawancara tentang proses pengawasan dan proses evaluasi yang
dijalankan oleh Ibu Nurhaerani, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan tentang
bagaimana beliau melakukan pengawasan terhadap para bawahannya, beliau
menyatakan :
Dalam melakukan pengawasan saya
biasanya turun langsung kebawah berperan serta membantu mereka untuk mengetahui
apa yang akan dibutuhkan dengan turun langsung kebawah saya berkesempatan
mengetahui dan merasakan bagaimana beban pekerjaan mereka, mengetahui situasi
dan kondisi dilapangan, tentunya dengan hal itu saya juga bisa mengetahui
kelebihan dan kekurangan mereka dengan turun kebawah saya juga bisa memupuk
kedekatan personal saya kepada para bawahan saya.
Hal ini sesuai dengan apa yang
pernah dilihat oleh peneliti pada saat observasi Ibu Nurhaerani sebagai Ketua
KPRI Harmonis turun langsung untuk membantu bawahannya, contohnya pada saat
pembuatan kerajinan tangan beliau turun langsung kebawah untuk membantu
memasarkan produk dikawasan lingkup Rumah Sakit Jiwa Kendari.
Peneliti menambahkan pertanyaan
bagaimana beliau melakukan proses evaluasi dan koreksi juga pemecahan masalah
didalam lingkup KPRI Harmonis, beliau menyatakan bahwa:
Dalam melakukan evaluasi program
saya sudah menentukan indicator-indikator keberhasilan yang sudah saya buat
bersama mereka diawal perencanaan kerja, dengan adanya indicator ini maka saya
bisa melakukan evaluasi secara menyeluruh mengenai kinerja dan hasil yang sudah
dicapai.
PEMBAHASAN
Didalam sub bab
ini akan dianalisis apa saja ciri-ciri tipe kepemimpinan yang ada dalam
kepemimpinan Ketua KPRI Harmonis melalui data wawancara dan observasi yang ada
dan hasil pemaparan di atas, dan pemaparan diatas akan diketahui ciri-ciri tipe
kepemimpian diantaranya yaitu:
Suka
bermusyawarah
Hal ini dapat
diketahui dari cuplikan wawancara kepada Ibu Nurhaerani yaitu:
Saya selalu memberikan dan
menawarkan program atau rancangan kerja untuk tahun depan kepada para karyawan.
Bermusyawarah merupakan suatu sifat
yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin baik dalam permasalahan yang umum
seperti penataan permasalahan umum, dalam permasalahan khusus yang berkenaan
dengan perorangan.
Komunikatif
Komunikatif
berasal dari bahasa Inggris yang communication
artinya berkomunikasi. Komunikatif merupakan jenis komunikasi strategis
yang dibangun dari pengertian antara 2 orang yang berkomunikasi. Komunikasi
yang komunikatif berarti komunikasi yang mudah dipahami satu sama lain.
Komunikasi yang
dilakukan oleh Ketua KPRI Harmonis dalam hal penugasan atau yang lain bersifat
komunikatif artinya setiap beliau memberikan tugas kepada para bawahannya
dilakukan secara detail sampai mereka mengerti apa yang harus dilakukan.
Hal ini pernah
dijumpai oleh peneliti pada saat beliau memberikan tugas bukan hanya kepada
para bawahannya saja.
Partisipatif
Ciri
partisipatif sering dilakukan pada para bawahan dilakukan oleh Ketua KPRI
Harmonis seperti pernah dilihat dalam observasi bahwa beliau tidak segan turun
langsung kelapangan untuk membantu tugas-tugas yang dilakukan para bawahannya.
Peneliti pernah juga berkesempatan melihat beliau ikut serta membantu menyulam
taplak meja.
Memotivasi
bawahan
Mendorong
bawahan untuk melakukan tugas dengan benar sesuai dengan apa yang dijadikan
tujuan organisasi adalah tugas seorang manager/pengurus dalam hal ini Ketua
KPRI Harmonis memiliki ciri ini dapat diketahui melalui cuplikan wawancara
berikut :
Saya tidak tahu
bagaimana melakukan motivasi yang benar yak arena memang saya bukan orang
motivator tentunya tapi saya lebih cenderung mengatakan ayo kerja
bareng-bareng, bahkan mungkin teman-teman tahu saya sering membagi tugas dan
saya ingin terjun langsung kerja dengan mereka mungkin itu bagian dari cara
saya memotivasi mereka.
Menciptakan
Suasana Kekeluargaan dan Kedekatan denga bawahan
Dalam hal ini
peneliti melihat sendiri saat melakukan observasi peneliti menemukan bahwa
kedekatan antara pimpinan dan bawahannya secara tidak berjarak hal ini dapat
dilihat Ketua KPRI Harmonis bercanda dengan bawahan, sarapan bersama berhubung
jam 7.30 sudah berada dikantor jadi terkadang mereka belum sarapan dari rumah.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mau berada di lingkungan tim kerja, disitu pemimpin bukan hanya saja
melakukan penyetiaan tetapi juga tegur sapa dan tukar pikiran dengan karyawan
langsung dilapangan. Dengan demikian pimpinan akan mengetahui secara persis
permasalahan yang dihadapi tim kerja. (Mangkuprawira. Pentingnya kedekatan
dengan bawahan, 20 Februari 2013. 16.00 WITA. www.IndosSDM.com)
Mengetahui
Kekurangan dan Kelebihan bawahan
Ciri
kepemimpinan ini dapat diketahui melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada bendahara yang mengatakan bahwa:
Mbak Rani merupakan
orang baru dalam kepemimpinan di KPRI Harmonis meskipun orang baru saya kira
beliau punya cukup pengetahuan kelebihan dan kekurangan anak buahnya kembali
saya tekankan beliau merupakan pemimpin muda, tapi beliau mempunyai kemampuan
untuk menilai dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari para bawahannya
Mementingkan
hal yang lebih penting
Hal ini dapat
diketahui dari cuplikan wawancara yang diadakan oleh peneliti kepada Ibu
Nurhaerani yang mengatakan bahwa :
Dalam pemberian
tugas saya cenderung mementingkan apa yang lebih penting tugas yang memang
sangat dibutuhkan pada waktu itu, saya meminta tolong kepada Ibu Rosa tau Ibu
Yati mereka sebagai bendahara dan sekretaris KPRI Harmonis.
Dari beberapa kesimpulan yang sudah
di paparkan diatas maka ditemukan beberapa cirri kepemimpinan Ketua KPRI
Harmonis yang condong pada tipe kepemimpinan demokrasi karena memiliki beberapa
cirri yang sudah dipaparkan di atas, menurut Siagian (2007: 18) ciri
kepemimpinan demokratis dalam mengambil keputusan tercermin pada tindakannya
mengikutsertakan para bawahan dalam pengambilan keputusan (musyawarah). Dalam
pemeliharaan hubungan dengan para bawahan, gaya manajerial demokratis biasanya
memberikan penekanan kuat pada hubungan yang serasi, dalam arti ada hubungan
yang sinkron dari hubungan formal dan praktek, tidak suka mengancam kepada
bawahan dengan tindakan menghukum, beberapa hal ini tercermin dari pembahasan
hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti kepada Ketua KPRI
Harmonis RSJ Kendari.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari
observasi, wawancara, serta dokumentasi sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
pada KPRI Harmonis lebih condong oleh kepemimpinan demokratis, hal ini
dapat dilihat dari
beberapa ciri-ciri kepemimpinan yang telah di implementasikan Ketua KPRI Harmonis pada bawahannya yaitu : Suka bermusyawarah,
komunikatif,
partisipatif,
memotivasi bawahan, mengetahui kekurangan dan kelebihan dan
kekurangan bawahan , mementingkan hal
yang lebih penting. Hal ini
sesuai dengan ciri-ciri tipe kepemimpinan Demokratis.
2.
Implementasi kepemimipinan demokratis pada Ketua KPRI Harmonis ditemui pada fungsi-fungsi manajerial, karena dalam proses ini Ketua KPRI
Harmonis banyak menggunakan ciri-ciri kepemimpinan dalam
melakukan perencanaan, penggerakan dan pengevaluasian
Saran
1. Pimpinan
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI) Harmonis hendaknya hubungan antara pimpinan dan
karyawan yang sudah terjalin dengan baik tidak terputus agar selalu tercipta
lingkungan kerja yang kondusif yang membuat karyawan dapat melaksanakan tugas
dan kewajibannya dengan baik.
2. Kedisiplinan
semua pihak yang terkait dengan KP-RI agar menjadi perhatian serius dalam
rangka menciptakan manajemen yang kondusif dan berorietasi kepada pelayanan
prima.
3. Kesamaan
pandangan dalam membangun KP-RI merupakan modal utama bagi pengurus dan anggota
KP-RI untuk membangun dan mengembangkan koperasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi,
Hadari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Toha Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung :
Alfabeta.
Siagian, Sondang, P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta ; Rineka Cipta.
Sitio, Arifin, dkk. 2002. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta:
Erlangga.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking