Vrydag 28 Junie 2013

DESKRIPSI TIPE KEPEMIMPINAN KETUA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) HARMONIS RUMAH SAKIT JIWA KENDARI Oleh : Wa Ode Nirmayani



DESKRIPSI TIPE KEPEMIMPINAN KETUA KOPERASI PEGAWAI
REPUBLIK INDONESIA (KPRI) HARMONIS RUMAH SAKIT JIWA KENDARI
Oleh : Wa Ode Nirmayani
 

Abstract : The formulation of the problem in this research is to describe the type of leadership that implemented what Chairman of the Cooperative in running leadership in KP-RI Harmony Kendari Mental Hospital?
Other research methods used by the author is using a qualitative approach, which begins with the preliminary study and formulation of the problem, collecting data using interviews, observations, and documentation to describe the type of leadership that leaders applied KP-RI Harmony Mental Hospital Kendari Southeast Sulawesi Province. Data analysis techniques used in this research is descriptive qualitative type of analysis From the interview, observation and documentation also triangulate the found that the Chairman KPRI Harmonious have leadership traits are leaning on the type of democratic leadership, it can be seen from the decision-making related to managerial functions that have been implemented in this unit both in terms of planning, control and evaluation.
The conclusions of this research are 1) Harmonious Leadership at KPRI favored by democratic leadership, it can be seen from some of the traits of leadership that has been implemented on the harmonic KPRI Chairman subordinates namely: Like deliberation, communicative, participatory, motivate subordinates, knowing disadvantages and advantages and disadvantages of subordinates, concerned with more important things. This is consistent with the characteristics of the type of Democratic leadership, 2) implementation of democratic kepemimipinan KPRI Chairman Harmonic encountered in managerial functions, because in this process a lot of use Harmonies KPRI Chairman traits of leadership in the planning, mobilization and evaluation

Keywords: Description Type of Leadership

PENDAHULUAN
Dimensi kepemimpinan yang terus berubah dengan segala kompleksitasnya mengakibatkan terjadinya pergeseran pola pikir manusia dalam memandangnya. Dalam lingkup organisasi yang melibatkan banyak individu, tidak lagi melihat kepemimpinan ini sebagai model manajemen baru tetapi sebagai suatu keperluan untuk mempertahankan hidup. Semakin banyak orang bekerja di tempat-tempat yang jauh dan sangat bergantung pada kemajuan teknologi dan informasi, dunia secara terus-menerus menjadi semakin kompleks, berubah dan mengglobal.
Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.
Pada era reformasi, peran koperasi diharapkan mampu mewujudkan koperasi sebagai suatu lembaga ekonomi professional yang berperan sebagai penggerak jaringan usaha dan merupakan salah satu landasan penting dalam meningkatkan motivasi pelayanan terhadap masyarakat. Disamping itu diraharapkan mampu untuk turut serta dalam membangun tatanan perekonomian nasional dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, dalam arti koperasi sebagai lembaga yang bisa menjadi wadah pelaku ekonomi berdasarkan demokrasi ekonomi.
Untuk merealisasikan keberhasilan usaha koperasi sebagai salah satu instrumen pembangunan ekonomi, diperlukan sumberdaya manusia yang mampu mengembangkan potensi dalam perbaikan kualitas dan produktivitas koperasi. Jadi, untuk menumbuhkembangkan koperasi diperlukan manajemen yang baik karena dapat menentukan maju mundurnya koperasi.
Berkaitan dengan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi koperasi, koperasi  membutuhkan perubahan atau sekurang-kurangnya kondisi yang memungkinkan perubahan itu terjadi banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor atau karakteristik yaitu gaya, model dan tipe yang dipakai dalam memimpin.
            Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tipe kepemimpinan yang diterapkan Ketua Koperasi dalam menjalankan kepemimpinannya pada KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari?
            Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tipe kepemimpinan yang diterapkan Ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pengembangan pengetahuan di bidang manajemen, terutama menyangkuti kepemimpinan; dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penerapan tipe kepemimpinan Ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari, sehingga memberikan nilai positif terhadap peningkatan usaha koperasi ke depan; dan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain guna penelitian yang relevan dan komprehensif pada masa mendatang.
Sudriamunawar dalam Harbani (2008: 3) mengemukakan bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerja sama ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Nawawi (2006: 9) kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan/kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama.
Thoha (2010: 9) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Selanjutnya Siagian (2009: 75-82), gaya kepemimpinan dapat di uraikan ada lima ciri-ciri tipe.
a.       Tipe Paternalistik
Dalam tipe kepemimpinan ini, ciri-cirinya adalah: (1) Penonjolan keberadaannya sebagai simbol organisasi. Seorang pimpinan yang paternalistik senang untuk menonjolkan diri sebagai seorang figure; (2) Sering menonjolkan sikap “paling mengetahui”. Karena itu, dalam prakteknya tidak jarang menunjukkan gaya “menggurui” dan, bahwa para bawahannya harus melaksanakan apa yang “diajarkannya” itu. Dengan kata lain, dengan ciri ini, seorang pimpinan tidak “membuka pintu” bagi bawahannya untuk menunjukkan kreativitas dan inovasi. (3) Memperlakukan bawahan sebagai orang-orang yang belum dewasa bahkan seolah-olah mereka masih anak-anak. Dalam hal ini pimpinan tidak mendorong kemandirian para bawahannya karna tidak ingin mereka berbuat kesalahan kesalahan yang pada gilirannya berakibat kerugian pada organisasi; (4) Sentralisasi pengambilan keputusan, pimpinan disini yang menentukan pengambilan keputusan. Pelimpahan wewenang kepada bawahannya dan organisasi tidak pernah terjadi; (5) Sikap melindungi, pimpinan lebih takut mengambil resiko yang tercermin dalam sikap manajemen yang tidak mendorong para bawahannya untuk mengambil resiko karna takut akan timbul dampak negatif bagi organisasi.
b.      Tipe Otoriter
Tipe kepemimpinan ini ciri-cirinya: (1) Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik. Napoleon yang berkata bahwa, “Negara adalah aku”, merupakan contoh apa yang dimaksud.Dengan demikian yang bersangkutan memandang dan memperlakukan organisasi sebagai miliknya; 2) Pimpinan yang otoriter biasanya di hinggapi penyakit gila kehormatan dan menggemari berbagai upacara dan seremoni yang menggambarkan kehebatannya pada waktu mengenakan pakaian kebeserannya dengan berbagai atribut keberhasilannya; 3) Tujuan pribadinya identik dengan tujuan organisasi. ciri ii merupakan konsekuensi dari tiga cirri yang disebut terdahulu.Dengan ciri ini timbul persepsi kuat dalam dirinya bahwa para bawahanya mengabdi pada dirinya; 4) Karena pengabdian para karyawan diinterprestasikan sebagai pengabdian yang sifatnya pribadi, loyalitas para bawahan merupakan tuntutan yang sangat kuat.dengan demikian sehingga mengalahkan aspek-aspek yang lain seperti kinerja, kejujuran, serta penerapan norma-norma dan etika; 5) Penerapan disiplin organisasi yang keras dan menjalankannya dengan sikap yang kaku. Dalam suasana kerja seperti itu tidak ada kesempatan bagi para bawahannya untuk bertanya, apalagi megajukan pandapat dan saran; 6) Upaya untuk menciptakan instrument pengawasan sedemikian rupa sehingga dasar ketaatan para bawahannya bukan kesadaran, melaikan ketakutan.
c.       Tipe Laissaz Faire (bebas)
Ciri-ciri tipe kepemimpinan ini adalah : (1) Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak ada masalah yang serius kalaupun ada, selalu dapat di temukan peyelesainnya. Dengan kata lain, pimpinan tipe ini tidak memiliki sense 0f crisis; (2) Pimpinan ini tiadak mengambil risiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status quo; (3) Tipe ini gemar melimpahkan wewenang kepada bawahan dan lebih menyenanggi situasi bahwa bawahanlah yang mengambil keputusan dan keberadaanya dalam organisasi lebih bersifat supportif; (4) Enggan mengenakan sanksi apalagi keras terhadap bawahan yang menampilkan perilaku disfungsional atau menyimpang, tetapi sebaliknya, senang mengobral janji; (5) Memperlakukan bawahan sebagai rekan dan karena itu hubungan yang bersifat hierarkis tidak disenangginya; (6) Keseraasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang dipertahankan.
d.      Tipe Demokratik
Ciri-ciri tipe ini adalah : (1) Mengakui harkat dan martabat manusia. Dengan demikian, berupaya untuk selalu memperlakukan para bawahan dengan cara-cara yang manusiawi; (2) Menerima pendapat yang mengatakan sumber daya manusia merupakan unsaur yang paling strategisdalm organisasi meskipun sumber daya dan dana lainnya tetap diakui sebagai sumber yang penting, seperti uang dan modal, mesin, materi, metode kerja, waktu, dan informasi yang kesemuanya hanya bermakna apabila diolah dan digunakan oleh manusia, misalnya menjadi produk untuk di pasarkan kepada para konsumen yang memerlukannya; (3) Para bawahannya adalah insan dengan jati diri yang khas dan karena itu harus di perlakukan dengan mepertimbanggkan kekhasannya itu; (4) Pimpinan yang demokratik tangguh membaca situasi yang dihadapi dan dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan situasi tersebut; (5) Gaya kepemimpinan yang demokratik rela dan mau melimpahkan wewenang pengambilan keputusan kepada para bawahannya sedemikian rupa tanpa harus kehilangan kendali organisas; (6) Mendorong para bawahan mengembangkan kreativitasnya untuk diterapkan secara inovatif dlam pelaksanaannya kerjanya; (7) Tidak ragu membiarkan para bawahan mengambil resiko dengan catatan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh telah di perhitunggkan dengan matang; (8) Pimpinan yang demokratik bersifat membidik dan membina, dalam hal bawahan berbuat kesalahan dan tidak serta merta bersifat menghukum.
e.       Tipe Kharismatik
Ciri-ciri kepemimpinan adalah: (1) Mempunyai daya tarik kuat bagi orang lain sehingga orang lain itu bersedia mengikuti tanpa selalu bisa menjelaskan apa penyebab kesediaan itu; (2) Menampilkan perilaku yang lain dari yang di tampilkan oleh para pimpinan tipe lainnya,seperti perilaku yang tidak konvensial, tidak sekedar mengiukuti arus, dan sering melakukan tindakan yang berani. Jika berhasil dalam praktek, perilaku demikian menimbulkan kekaguman di kalangan para bawahannya yang pada gilirannya berakibat pada makin tingginya tingkat kesediaan mereka menjadi pengikut pimpinan yang bersangkutan; (3) Mampu membaca situasi organisasional yang di hadapinya dan mampu mengenali karakteristik para bawahanya sehingga meyesuaikan gaya kepemimpnannya degan situasi yang di hadapinya.
Berikut ini ada lima fungsi manajemen yang paling penting menurut Handoko (2002: 21) yang berasal dari klasifikasi paling awal dari fungsi-fungsi manajerial menurut Henry Fayol yaitu:
a.       Planning atau perencanaan merupakan pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi kebijaksanaan proyek program prosedur metode sistem anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
b.      Organizing atau pengorganisasian ini meliputi: Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan. Penugasan tanggung jawab tertentu pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugasnya.
c.       Staffing adalah penarikan latihan dan pengembangan serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yang mengutungkan dan produktif.
d.      Leading atau fungsi pengarahan adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
e.       Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan  pada KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Jln. DR. Sutomo No. 29 Kendari pada tanggl 19 September sampai 02 Oktober 2012.

Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam latar yang wajar dengan menggunakan paradigm fenomenologis karena bertujuan memahami fenomena-fenomena yang terjadi dalam subjek penelitian.

Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari:
a.       Data primer terdiri dari data pokok yang diperoleh secara langsung dari ketua, bendahara, sekretaris, karyawan dan anggota koperasi
b.      Data sekunder adalah data tambahan yang sifatnya menjadi pelengkap dalam penelitian ini yang meliputi sejarah berdirinya KPRI Harmonis, struktur organisasi

Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha memperoleh data penelitian ini, maka digunakan beberapa teknik pengumpulan data dengan instrumen sebagai berikut:
1.      Observasi adalah pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti yaitu aktivitas pimpinan koperasi.
2.      Wawancara yaitu dengan mengadakan wawancara bebas dengan ketua, sekretaris, bendahara, karyawan dan anggota koperasi mengenai tipe kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua KP-RI Harmonis Rumah Sakit Jiwa Kendari (instrumen utama):         
3.      Dokumentasi meliputi sejarah berdirinya KPRI Harmonis, struktur organisasi, (instrumen pelengkap).

Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh di lapangan akan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Hasil analisisnya diuraikan secara deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai tipe kepemimpinan pada Ketua KPRI Harmonis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepemimpinan pada saat melakukan perencanaan
Peneliti melakukan wawancara Ketua KPRI Harmonis Ibu Nurhaerani pada tanggal 20 September 2012 di RSJ Kendari, peneliti menanyakan tentang bagaimana sistematika pembuatan rencana kerja dan siapa saja yang dilibatkan didalamnya, beliau mengatakan bahwa:
            Dalam melakukan perencanaan saya membuat perencanaan kerja, saya mengumpulkan pengurus dan mengadakan meeting internal, didalam forum ini kami menyusun rencana kerja untuk tahun depan rapat ini melibatkan saya sebagai ketua KPRI Harmonis dan para karyawan. Rencana kerja dan rancangan  anggaran belanja selesai maka akan  kami bahas pada rapat kerja dan Rapat Anggaran Pembiayaan Belanja (RAPB) yang dilakukan setiap satu tahun sekali di akhir tahun, rapat tersebut adalah rapat yang membahas laporan pertanggung jawaban setiap unit juga rapat untuk membuat dan menetapkan rancangan kerja dan anggaran untuk tahun depan.
            Setiap akan ada rapat rencana kerja para anggota diberi peran khusus untuk memberikan masukan dan usulan untuk rencana kerja, karena menurut saya anggota merupakan salah satu unsur terpenting dalam koperasi berdasarkan prinsip koperasi yang bahwa anggota adalah unsur terpenting didalamnya.

            Untuk mengetahui perencanaan tersebut sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Ibu Nurhayati, maka peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada bendahara Ibu Rosniati, wawancara tanggal 22 September 2012 diadakan diruangan beliau, beliau mengatakan bahwa:
            Setiap tahun saya sebagai Bendahara dikumpulkan untuk bermusyawarah membuat perencanaan kerja untuk tahun depan, mulai dari teknik mencanangkan rencana yang sudah dibuat dan bagaimana masing-masing untuk dimusyawarakan pada rapat internal untuk diajukan pada rapat RK dan RAPB yang dilakukan setiap akhir tahun, rancangan kerja merupakan usulan dari para karyawan dan para anggota saya bawa pada saat musyawarah dan kemudian dirembukkan program-program yang sama saya yan baik bisa dijalankan dan program-program yang tidak sehat  tidak dijalankan.
Kemudiaan peneliti juga menanyakan tentang apakah Ketua KPRI Harmonis menetapkan standar indikator keberhasilan, beliau mengatakan bahwa:
Iya kami selalu menetapkan ukuran  keberhasilan di awal dengan orang-orang yang terlibat didalam koperasi karena lebih baik disepakati diawal sehingga bisa kami ukur mana saja hal yang belum berhasil dan sudah berhasil secara bersama-sama kami menetapkan indikator-indikator bersama di semua unit usaha.
Kepemimpinan Pada Saat Melakukan Proses Implementasi
Peneliti menanyakan tentang implementasi yaitu dengan proses pengorganissasian dan penggerakan dari perencanaan yang sudah ada di atas peneliti menanyakan bagaimana beliau melakukan pengorganisasian pada beliau mengatakan bahwa:
Dalam proses pengorganisasian dalam unit usaha SP dan Pemenuhan Kebutuhan Pokok saya sebagai Ketua menempatkan bawahan sesuai dengan bidangnya, seperti yang mempunyai keterampilan membuat kerajinan tangan saya tempatkan disana, karena KPRI Harmonis sangat mendukung potensi yang dimiliki bawahan.
Peneliti kemudian melanjutkan pertanyaan bagaimanakah beliau memberikan tugas kepada bawahannya, beliau menjawab
Dalam pemberian tugas saya cenderung mementingkan apa yang lebih penting tugas yang memang sangat dibutuhkan pada waktu itu, saya meminta tolong kepada Ibu Rosa tau Ibu Yati mereka sebagai bendahara dan sekretaris KPRI Harmonis.
Kemudian peneliti menambahkan pertanyaan tentang pembimbing dan pemberian motivasi kepada para bawahannya dinyatakan oleh salah satu karyawan yang menyatakan bahwa:
Biasanya sesudah rapat kerja Ibu Nurhaerani mengumpulkan karyawan untuk diberikan pengetahuan tentang tugas-tugas perorangan dan program-program yang akan dijelaskan dengan lengkap sampai kami mengerti dengan benar apa yang harus dilakukan dan program yang akan dicapai ditahun depan. Ibu Nurhaerani memberikan kata-kata yang memotivasi kami seingat saya beliau pernah menyatakan bahwa kini ini satu tim, kita harus bekerja sama untuk kebaikan dan kemajuan koperasi ini seperti itu mungkin yang pernah dikatakan beliau.
Peneliti juga memberikan pertanyaan tentang pendelegasian tugas kepada para bawahan kepada Ibu Nurhaerani beliau mengatakan bahwa :
Dalam melakukan pendelegasian tugas kepada para bawahan saya biasanya mengerjakan sendiri tugas saya sesuai kemampuan saya, tapi kalau seandainya ada tugas yang memang sama-sama penting maka saya mendelegasiakan tugas itu kepada teman-teman, tapi dalam hal pendelegasian saya punya hal yang tidak boleh dilupakan saya mendelegasikan tugas itu saya kepada orang yang memang sungguh-sungguh saya tidak mau kalau seandainya tugs itu kemudian tidak sesuai gara-gara tidak ada kesungguhan karean sekali saya mendelegasikan tugas tetapi tidak selesai dengan tepat maka saya tidak akan mempercayai orang-orang yang sama untuk tugas-tugas tertentu.

Kepemimpinan Pada Saat Melakukan Proses Evaluasi
Di sini akan dipaparkan hasil wawancara tentang proses pengawasan dan proses evaluasi yang dijalankan oleh Ibu Nurhaerani, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan tentang bagaimana beliau melakukan pengawasan terhadap para bawahannya, beliau menyatakan :
            Dalam melakukan pengawasan saya biasanya turun langsung kebawah berperan serta membantu mereka untuk mengetahui apa yang akan dibutuhkan dengan turun langsung kebawah saya berkesempatan mengetahui dan merasakan bagaimana beban pekerjaan mereka, mengetahui situasi dan kondisi dilapangan, tentunya dengan hal itu saya juga bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka dengan turun kebawah saya juga bisa memupuk kedekatan personal saya kepada para bawahan saya.
            Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dilihat oleh peneliti pada saat observasi Ibu Nurhaerani sebagai Ketua KPRI Harmonis turun langsung untuk membantu bawahannya, contohnya pada saat pembuatan kerajinan tangan beliau turun langsung kebawah untuk membantu memasarkan produk dikawasan lingkup Rumah Sakit Jiwa Kendari.
            Peneliti menambahkan pertanyaan bagaimana beliau melakukan proses evaluasi dan koreksi juga pemecahan masalah didalam lingkup KPRI Harmonis, beliau menyatakan bahwa:
            Dalam melakukan evaluasi program saya sudah menentukan indicator-indikator keberhasilan yang sudah saya buat bersama mereka diawal perencanaan kerja, dengan adanya indicator ini maka saya bisa melakukan evaluasi secara menyeluruh mengenai kinerja dan hasil yang sudah dicapai.

PEMBAHASAN
Didalam sub bab ini akan dianalisis apa saja ciri-ciri tipe kepemimpinan yang ada dalam kepemimpinan Ketua KPRI Harmonis melalui data wawancara dan observasi yang ada dan hasil pemaparan di atas, dan pemaparan diatas akan diketahui ciri-ciri tipe kepemimpian diantaranya yaitu:
Suka bermusyawarah
Hal ini dapat diketahui dari cuplikan wawancara kepada Ibu Nurhaerani yaitu:
            Saya selalu memberikan dan menawarkan program atau rancangan kerja untuk tahun depan kepada para karyawan.
            Bermusyawarah merupakan suatu sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin baik dalam permasalahan yang umum seperti penataan permasalahan umum, dalam permasalahan khusus yang berkenaan dengan perorangan.
Komunikatif
Komunikatif berasal dari bahasa Inggris yang communication artinya berkomunikasi. Komunikatif merupakan jenis komunikasi strategis yang dibangun dari pengertian antara 2 orang yang berkomunikasi. Komunikasi yang komunikatif berarti komunikasi yang mudah dipahami satu sama lain.
Komunikasi yang dilakukan oleh Ketua KPRI Harmonis dalam hal penugasan atau yang lain bersifat komunikatif artinya setiap beliau memberikan tugas kepada para bawahannya dilakukan secara detail sampai mereka mengerti apa yang harus dilakukan.
Hal ini pernah dijumpai oleh peneliti pada saat beliau memberikan tugas bukan hanya kepada para bawahannya saja.
Partisipatif
Ciri partisipatif sering dilakukan pada para bawahan dilakukan oleh Ketua KPRI Harmonis seperti pernah dilihat dalam observasi bahwa beliau tidak segan turun langsung kelapangan untuk membantu tugas-tugas yang dilakukan para bawahannya. Peneliti pernah juga berkesempatan melihat beliau ikut serta membantu menyulam taplak meja.
Memotivasi bawahan
Mendorong bawahan untuk melakukan tugas dengan benar sesuai dengan apa yang dijadikan tujuan organisasi adalah tugas seorang manager/pengurus dalam hal ini Ketua KPRI Harmonis memiliki ciri ini dapat diketahui melalui cuplikan wawancara berikut :
Saya tidak tahu bagaimana melakukan motivasi yang benar yak arena memang saya bukan orang motivator tentunya tapi saya lebih cenderung mengatakan ayo kerja bareng-bareng, bahkan mungkin teman-teman tahu saya sering membagi tugas dan saya ingin terjun langsung kerja dengan mereka mungkin itu bagian dari cara saya memotivasi mereka.

Menciptakan Suasana Kekeluargaan dan Kedekatan denga bawahan
Dalam hal ini peneliti melihat sendiri saat melakukan observasi peneliti menemukan bahwa kedekatan antara pimpinan dan bawahannya secara tidak berjarak hal ini dapat dilihat Ketua KPRI Harmonis bercanda dengan bawahan, sarapan bersama berhubung jam 7.30 sudah berada dikantor jadi terkadang mereka belum sarapan dari rumah.
            Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mau berada di lingkungan tim kerja, disitu pemimpin bukan hanya saja melakukan penyetiaan tetapi juga tegur sapa dan tukar pikiran dengan karyawan langsung dilapangan. Dengan demikian pimpinan akan mengetahui secara persis permasalahan yang dihadapi tim kerja. (Mangkuprawira. Pentingnya kedekatan dengan bawahan, 20 Februari 2013. 16.00 WITA. www.IndosSDM.com)
Mengetahui Kekurangan dan Kelebihan bawahan
Ciri kepemimpinan ini dapat diketahui melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada bendahara yang mengatakan bahwa:
Mbak Rani merupakan orang baru dalam kepemimpinan di KPRI Harmonis meskipun orang baru saya kira beliau punya cukup pengetahuan kelebihan dan kekurangan anak buahnya kembali saya tekankan beliau merupakan pemimpin muda, tapi beliau mempunyai kemampuan untuk menilai dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari para bawahannya

Mementingkan hal yang lebih penting
Hal ini dapat diketahui dari cuplikan wawancara yang diadakan oleh peneliti kepada Ibu Nurhaerani yang mengatakan bahwa :
Dalam pemberian tugas saya cenderung mementingkan apa yang lebih penting tugas yang memang sangat dibutuhkan pada waktu itu, saya meminta tolong kepada Ibu Rosa tau Ibu Yati mereka sebagai bendahara dan sekretaris KPRI Harmonis.
            Dari beberapa kesimpulan yang sudah di paparkan diatas maka ditemukan beberapa cirri kepemimpinan Ketua KPRI Harmonis yang condong pada tipe kepemimpinan demokrasi karena memiliki beberapa cirri yang sudah dipaparkan di atas, menurut Siagian (2007: 18) ciri kepemimpinan demokratis dalam mengambil keputusan tercermin pada tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam pengambilan keputusan (musyawarah). Dalam pemeliharaan hubungan dengan para bawahan, gaya manajerial demokratis biasanya memberikan penekanan kuat pada hubungan yang serasi, dalam arti ada hubungan yang sinkron dari hubungan formal dan praktek, tidak suka mengancam kepada bawahan dengan tindakan menghukum, beberapa hal ini tercermin dari pembahasan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti kepada Ketua KPRI Harmonis RSJ Kendari.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berupa data-data dari observasi, wawancara, serta dokumentasi sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan pada KPRI Harmonis lebih condong oleh kepemimpinan demokratis, hal  ini  dapat  dilihat  dari  beberapa  ciri-ciri kepemimpinan yang telah di implementasikan Ketua KPRI Harmonis pada bawahannya yaitu  : Suka bermusyawarah, komunikatif, partisipatif, memotivasi bawahan, mengetahui kekurangan dan kelebihan dan kekurangan bawahan ,  mementingkan hal  yang  lebih  penting. Hal  ini sesuai dengan ciri-ciri tipe kepemimpinan Demokratis.
2.      Implementasi kepemimipinan demokratis pada Ketua KPRI Harmonis ditemui pada fungsi-fungsi manajerial, karena dalam proses ini Ketua KPRI Harmonis banyak menggunakan ciri-ciri kepemimpinan dalam melakukan perencanaan, penggerakan dan pengevaluasian
Saran
1.      Pimpinan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI) Harmonis  hendaknya hubungan antara pimpinan dan karyawan yang sudah terjalin dengan baik tidak terputus agar selalu tercipta lingkungan kerja yang kondusif yang membuat karyawan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik.
2.      Kedisiplinan semua pihak yang terkait dengan KP-RI agar menjadi perhatian serius dalam rangka menciptakan manajemen yang kondusif dan berorietasi kepada pelayanan prima.
3.      Kesamaan pandangan dalam membangun KP-RI merupakan modal utama bagi pengurus dan anggota KP-RI untuk membangun dan mengembangkan koperasi.

DAFTAR PUSTAKA
Nawawi, Hadari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toha Miftah. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Siagian, Sondang, P. 2009. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta ; Rineka Cipta.
Sitio, Arifin, dkk. 2002. Koperasi Teori dan Praktek. Jakarta: Erlangga.

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking