FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN DI DESA ONDOKE KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN
MUNA
Oleh
: Wa Santi
Abstract : Problem
of this study is what factors that cause jobless in Ondoke Village of
Sawerigadi Subdistrict of Muna District. This study aimed to determine several
factors that case of jobless in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of
Muna District. Technique of data collection were done by: 1. Interview which
conducted directly to the respondents are guided with fill out a questionnaire
items to have accurate data, 2. Documentation is to collect the available data
from technical organization in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of Muna
District. The amounts of population were 126 respondents. Sampling refers to a
statement that if the subject is less than a hundred, it be better if took it
all. So, this is called population study. And, if the subject is larger, then
it took 20 – 25% or more. Thus, the samples of this study were 32
respondents. Analysis tool used in this
study was the collected data would be analyzed descriptively qualitative.
Result of this study concludes that the case of jobless in Ondoke Village of
Sawerigadi Subdistrict of Muna District is feudalism trait that the work as
civil servant is the work has highest prestige value in society view. So, most
of the people have strong interest to be civil servant; but there was less
motivation to work in another area due to their strong interesting to be civil
servant. Less of work motivation is caused with most respondents have low
interesting to work in another areas; they just hope to be civil servant
although they must spend higher cost. It is due to the reason that other work
areas beside civil servant do not give a guarantee in the old time. Another
reason is there was a limited skill, which most of the jobless just graduate
from Senior High School that have limited skill.
PENDAHULUAN
Pengangguran yang
terjadi di Indonesia, diantara disebabkan tiga faktor; pertama, jumlah pencari
kerja lebih besar dari pada jumlah kesempatan kerja yang tersedia; kedua,
kesenjangan antara kualitas pencari kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan
oleh pasar kerja; dan ketiga, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena
alasan efisiensi dan kebangkrutan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Dari
ketiga faktor tersebut, faktor pertama dan kedua merupakan faktor dominan yang
menyebabkan pengangguran (Susanti, 1995:26).
Berdasarkan hasil Survey
Ekonomi Nasional BPS tahun 2011 Sulawesi Tenggara memiliki jumlah penduduk
1.959.414 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 1.485.531 jiwa berada
pada usia kerja, dimana 615.784 jiwa atau sekitar 41,45% dari jumlah usia kerja
ini tidak termasuk dalam angkatan kerja, dengan demikian terdapat 869.747 jiwa
atau sekitar 58,55% dari usia kerja merupakan angkatan kerja. Selanjutnya dari
869.747 jiwa angkatan kerja, terdapat 112.546 atau 12,94% dari jumlah angkatan kerja
adalah pengangguran. Sedangkan sebanyak 757.201 atau 87,06% dari jumlah agkatan
kerja telah diserap berbagai sektor lapangan kerja (BPS Sultra, 2011:71).
Berdasarkan data
tersebut diatas menunjukan bahwa angka pengangguran di Sulawesi Tenggara masih
relatif besar sehingga memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh agar tidak
berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Di
Kabupaten Muna pada tahun 2011 jumlah penduduknya sebanyak 493.428 jiwa.
Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 166.807 jiwa atau 33,81% bukan usia kerja
dan sebanyak 326.624 jiwa atau 66,19% adalah penduduk dengan usia kerja.
Selanjutnya, dari penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 166.154 jiwa atau
50,81% bukan termasuk angkatan kerja dan 160.470 jiwa atau 49,13% merupakan
angkatan kerja. Kemudian dari angkatan kerja, sebanyak 151.435 jiwa atau 93,37%
sudah bekerja dan 9.035 atau 5,63% tergolong pengangguran (BPS Sultra 2011 :
77).
Desa Ondoke merupakan
salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Muna profinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah penduduk 1016 jiwa, dimana berdasarkan jumlah tersebut,
terdapat 691 jiwa atau 68,01% penduduk berada pada usia angkatan kerja.
Berdasarkan usia angkatan kerja tersebut terdapat 569 jiwa atau 81,76% telah
bekerja dan masih ada 126 jiwa atau 22,14% yang belum
mendaparkan pekerjaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di Desa Ondoke memiliki
potensi untuk membuka usaha jasa angkutan (transportasi dasar), perdagangan dan
industri -industri rumah tangga serta jenis usaha lainnya yang mampu menyerap
tenaga kerja di desa tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai faktor penyebab terjadinya
pengangguran di desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.
Masalah dalam penelitian in
adalah factor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran di Desa
Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna?
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran di Desa Ondoke
Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.
Manfaat
yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi
pemerintah di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna dalam pembuatan
kebijakan khususnya dalam penganggulangan pengangguran,dan bagi masyarakat
dalam merubah pandangan hidup,prinsip dan gaya hidup dalam mencegah terjadinya
masalah social khususnya pengangguran.
Menurut Payaman Simanjutak menyatakan
bahwa, tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
sedang mencari pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lain separti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya di tentukan oleh umur
/usia.
Tenga kerja
adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia
15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. Tahun 2003, tenaga kerjaadalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Simanjutak,2001: 37).
Angkatan kerja (
labour Force)adalah bagian penduduk
yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu
secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secra yuridis mampu serta tidak
kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekrjaan secara bersedia
secara aktuf dan pasif melakukan dan mencari pekerjaan (Sumarsono,2009).
Pengangguran adalah seseorang yang
tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya.Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional
dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama.
Pengangguran adalah orang yang masuk
dalam angkatan kerja (15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu
rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi, dan lain
sebagainya karena sesuatu hal yang tidak atau belum membutuhkan pekerjaan
(Sonny Harry, 2005 : 7).
International
Labour Organization mendefenisikan
bahwa pengangguran adalah seseorang yang termasuk penduduk usia kerja yang
selama periode tertentu tidak bekerja dan bersedia menerima pekerjaan dan
sedang mencari pekerjaan (BPS Sultra, 2007: 7). Selain itu menurut Manning dan
Effendi, (2001: 60) Pengangguran adalah seseorang yang telah mencapai usia
tertentu dan tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan agar
memperoleh upah atau keuntungan.
Pengangguran sering diartikan sebagai
angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal.
Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga
macam yaitu:
1.
Pengangguran
terselubung (disguised unemployment)
adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.
2.
Setengah
menganggur (under unemployment)
adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3.
Pengangguran
terbuka (open unemployment) adalah
tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini
cukup banyak karena memang belum mempunyai pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan
penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.
Pengangguaran
konjungtural (Cycle Unemployment)
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik turunnya)
kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b.
Pengangguran
struktural (structural unemployment)
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh pengangguran struktur ekonomi dan
corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan
oleh beberapa kemungkinan, seperti : permintaan berkurang, kemajuan dan
penggunaan teknologi serta kebijakan pemerintah
c.
Penggangguran
friksional (frictional unemployment)
adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi
kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d.
Pengangguran
musiman adalah pengangguran akibat pergantian musim misalnya pergantian musim
tanam kemusim panen.
e.
Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
f.
Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerat the man).
Pengangguran juga dapat dibedakan atas
pengangguran sukarela (volumtary
unemployment) dan pengangguran dukalara (involumtary unemployment). Pengangguran sukarela adalah
pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari
pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran dukalara adalah pengangguran
yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil
mendapatkan kerja (BPS Sultra, 2007 : 5-12).
Menurut Nanga (2001: 18), faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut :
1.Besarnya
angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah
angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.
2.Struktur
lapangan kerja tidak seimbang.
3.Kebutuhan jumlah
dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau
lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran tidak akan terjadi.
Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan
dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagaian tenaga
kerja yang ada tidak dapat mengisi tenaga kerja yang tersedia.
4.
Meningkatnya
peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan
kerja wanita.
5.
Penyediaan
dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Menurut Sudrajat (2006 : 6-8)
menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya pengangguran, yakni : 1.
Warisan sifat feodalisme, 2. Tidak ada motivasi untuk bekerja, 3. Lapangan
kerja yang tersedia memerluka keterampilan khusus, 4. Pertumbuhan ekonomi, 5.
Menemui jalan buntu dalam mencari pekerjaan.
Menurut Syani
(2001 : 121) menyatakan bahwa pengangguran dianggap sebagai masalah sosial
karena dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kejahatan, pemerkosaan,
pemborosan dan sebagainya. Dengan kata lain pengangguran menimbulkan
keresahan-keresahan, baik keresahan yang dirasakan pengangguran itu.
Dalam mengatasi
terjadinya dampak pengangguran di Indonesia dilakukan melalui penanganan secara
preventif (pencegahan) dan represif.Penaganan secara preventif dilakukan guna
mencegah terjadinya pengangguran secara besar-besaran.Sedangkan penangan secara
represif ditujukan untuk memberikan tindakan tegas baik yang dilakukan
pemerintah maupun masyarakat. Tindakan-tindakan tersebut secara selangsung
memberikan yang berati dalam mengatasi dampak terjadinya pengangguran di
Indonesia (Soesilo R;2001:14).
METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan WaktuPenelitian
Penelitian ini
telah dilaksanakan di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.Adapun waktu
penelitian ini dilaksanankan bulan Oktober hingga november 2012.
B.
Jenis dan sumber data
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu
memberikan gambaran secara rinci berdasarkan fenomena yang ada di lapangan
tentang penyebab faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran di
Desa Ondoke
2. Sumber data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data
promer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari pengangguran di desa ondoke berdasarkan wawancara sedangkan data
sekunder diperoleh dari instansi tekhnik lingkup pemerintah desa.
C.
Informan
Penelitian
Subjek
penelitiannya berjumlah 6 orang yang terdiri dari 1 orang kepala desa dan 5
orang pengangguran dari masing-masing jenis pengangguaran, yakni 1 orang
pengangguran terselubung; 1 orang pengagguran terbuka; 1 orang pengagguran
struktual; 1 orang pengaguran musiman; dan 1 orang dari setengah mengaggur. Hal
ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang jelas dari masing-masing jenis
pengangguran yang ada di Desa Ondoke.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh
data-data yang di perlukan dalam penelitian ini di gunakan beberapa teknik
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1.
Penelitian
kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data yang berupa data sekunder guna
mendukung penelitian melalui penelaah buku-buku referensi dan sumber-sumber
tertulis lainya yang relevan dengan tujuan dari penelitian ini.
2.
Penelitian
lapangan yaitu melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan
menggunakan teknik:
a.
Observasi
Teknik ini di
gunakan untuk melengkapi data yang masih belum terjaring melalui penggunaan
teknik angket dan wawancara. Observasi di lakukan dengan cara mengamati
langsung informan mengenai kondisi sosial mereka.
b.
Wawancara
(interview)
Wawancara yaitu mengadakan wawancara
langsung dengan para informan dan sumber informan yang dilakukan secara terbuka
menggunakan daftar pedoman wawancara yang di harapkan dapat memberikan
informasi sesuai, khususnya mengenai pengangguran di desa Ondoke Kecamatan
Sawerigadi Kabupaten Muna.
E.
Teknik Analisis
Data
Data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian diolah secara manual yang tersaji dalam bentuk tabel dan presentase, kemudian
di analisis dan di interpretasikan secara kualitatif dalam rangka menjawab
permasalahan penelitian ini.
F.
Definisi
Operasional
Untuk
menghindari adanya penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini, maka
dikemukakan defenisi operasional sebagai berikut :
1.
Pengangguran adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan
2.
Faktor
penyebab terjadinya pengangguran adalah faktor yang dapat menyebabkan seseorang
menganggur yang terdiri dari : 1) sifat feodalisme yang tertanam kuat dari
dalam diri individu; 2) kurangnya motivasi untuk bekerja; 3) keterbatasan
keahlian dan keterampilan; dan 4) keterbatasan lapangan kerja.
3.
Upaya
yang dilakukan dalam mengatasi faktor penyebab terjadinya pengangguran adalah
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi penyebab
pengangguran yang ditimbulkan oleh adanya pengangguran di Desa Ondoke yang
terdiri dari upaya yang bersifat preventif (pencegahan),
upaya yang bersifat represif dan upaya yang bersifat kuratif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Wilayah desa ondoke memiliki 472 Ha
terbagi atas dua dusun yaitu dusun 1 dan dusun II.Selain itu juga desa Ondoke
yang terletak di daratan Muna mempunyai iklim tropis, mengenal dua musim yaitu
musim hujan dan musim panas. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan desember
sampai dengan maret, bersamaan dengan bertiupnya angin barat. Sedangkan musim
panas biasanya terjadi pada bulan mei sampai oktober, bersamaan dengan
bertiupnya angin Timur. Disaat pergantian antara musim hujan dan musim panas
selalu diselingi musim pancaropba yang terjadi
pada bulan April dan November.
Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2011 Jumlah penduduk Desa Ondoke sebanyak 1019 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 481 jiwa dan perempuan sebanyak 538 jiwa dengan
jumlah 254 KK.Dilihat dari suku bangsa yang mendiami Desa Ondoke mayoritas
adalah suku Muna yakni 98% sisanya dari suku Jawa, Buton, dan yang pada umumnya adalah pendatang.
Penyebab
terjadinya pengangguran
Peneliti
melakukan wawancara dengan kepala Desa Ondoke pada tanggal 19 september 2012 di
Desa Ondoke, peneliti menanyakan tentang apa yang menyebabkan terjadinya pengangguran
Di Desa Ondoke sehingga terus meningkat di setiap tahunya, beliau mengatakan
bahwa
Keterbatasan kantor-kantor pemerintah dalam menyerap
para pencari kerja yang jumlahnya demikian banyak dan terus meningkat dari
tahun-ketahun serta pada akhirnya bermuara pada semakin bertambahnya jumlah
pengangguran. Keinginan yang kuat untuk bekerja pada kantor-kantor milik
pemerintah maupun swasta sebagai pegawai negeri maupun karyawan tetap
menjadikan para pencari kerja di Desa Ondoke sebagai pengangguran karena
terbatasnya daya serap tenaga kerja pada kantor instansi pemerintah maupun
swasta. Keadaan ini semakin diperpara dengan sikap apatis yang muncul dalam
diri individu tersebut. Keinginan mereka yang demikian kuat untuk menjadi
pegawai negeri membuat mereka bersikap masa bodoh (apatis) untuk mencari
peluang kerja pada sektor-sektor lainnya
Untuk mengetahui lebih jelasnya
peneliti melakukan wawancara dengan salah seorang sarjana yang menganggur Siti
Jaya S.Pd. dia mengatakan bahwa
harapan besar saya setelah sarjana adalah menjadi
Pegawai Negeri Sipil di instansi pemerintah dalam hal ini diangkat menjadi guru
tetap atau PNS karna kalau hanya
menharapkan honor di sekolah kantor-kantor pemerintah itu tidak sebanding
dengan ongkos transportasi saya di setiap harinya
Peneliti
juga menanyakan kepada salah seorang pengangguran mengapa anda tidak bekerja “Ld
Faeda wawancara 20 september 2012”
saya tidak berusaha mencari pekerjaan karna orang
tua saya masih mampu menanggung semua kebutuhan saya termasuk kebutuhan istri
dan anak saya
peneliti
juga menanyakan apa yang anda lakukan selama menganggur kepada “Samlin 22
september 2012 ia menyatakan bahwa
selama beberapa tahun terakhir ini saya banyak
menghabiskan waktu untuk bermain judi dengan teman-teman. Karena saya tidak
mempunyai pekerjaan, maka modal untuk menyambung hidup biasanya saya peroleh
dengan cara meminta pada saudara saya yang telah berkeluarga atau mengambil
barang berharga milik orang tua lalu saya jual
Peneliti juga menanyakan mengapa
anda tidak melanjutkan sekolah dengan salah seorang pengangguran tamatan SMP
wawancara dengan La Ifu, dia menyatakan bahwa
Saya sebenarnya ingin lanjut di SMA namun Faktor
ekonomi dan jauhnya jarak sekolah yang membuat saya tidak sekolah kejenjang
selanjutnya sehingga saya tidak memiliki keahlian ataupun keterampilan
Peneliti juga
menanyakan kepada Kepala Desa Ondoke tentang bagaimana dampaknya terhadap
masyarakat sekitar dengan banyaknya pengangguran yang ada di Desa ini beliau
menytakan bahwa:
dengan semakin
banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Desa ondoke, secara langsung akan
berdampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat penyebab yang ditimbulkan dari adanya pengangguran yang paling utama
dan sering terjadi di Masyarakat adalah timbulnya kerawanan social baik
terjadinya mabuk-mabukan, pencurian serta kejahatan lainnya yang meresahkan
masyarakat
Pembahasan
Dalam sub bab
ini akan membahas tentang faktor dan usaha penanggulangan pengangguran yang ada di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi
Kabupten Muna hal ini sesuai dengan cuplikan hasil wawancara dengan kepada
Kepala Desa Ondoke tentang bagaimana dengan penyediaan lapangan kerja yang ada
di desa ini beliau juga mengatakan bahwa:
Selama ini Depnakertrans sudah menyebarkan informasi
dan mendorong kearah wirausaha melalui pertemuan di kantor desa dengan
masyarakat di Desa Ondoke. Pada umumnya, 54-60 persen sektor informal mampu
menampung pencari kerja, sebagai usaha mandiri professional, tenaga kerja terdidik,
lalu masalah pengembangan penerapan teknologi tepat guna, maupun pola-pola
pemberian kredit bank namun tidak begitu di indahkan dengan sebahagian
pengangguran karna terbatasnya modal yang mereka miliki.
Pengangguran
yang terjadi di Desa Ondoke memberikan dampak bagi kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.Dampak bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang sering terjadi
adalah tindakan-tindakan mereka yang meresahkan masyarakat seperti alkohol,
perjudian, perkelahian dan lain-lain.
Untuk
mengatasi dampak sosial pengangguran
tersebut merupakan kewajiban kita bersama, meskipun diakui bahwa dampak sosial
pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks disebabkan oleh beberapa
faktor penyebab itu sendiri, sehingga upaya penanggulanganya pun memerlukan
berbagai macam usaha yang meliputi:
Usahapreventifyang
di maksud adalah penanggulangan dampak pengangguran yang bersifat
pencegahan.Tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan
sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah
pengendalian yang bersifat preventif umunya dilakukan dengan cara melalui
bimbingan, pengarahan dan ajakan. Hal ini dilakukan dengan beberapa upaya
kepada warga masyarakat pada umunya yang meliputi:
a.
Sifat
Feodalisme yang Kuat
Sifat feodalisme
masyarakat yang beranggapan bahwa bekerja sebagai pegawai negeri sipil adalah
lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan lainya. Untuk hal tersebut pemerintah
desa melakukan pendekatan secara personal kepada para pengangguran melalui
bimbingan dan pengarahan, dimana para pengangguran diberikan pola pikir dan
pandangan yang lebih luas lagi mengenai jenis-jenis pekerjaan yang bias
memenuhi kebutuhan mereka Bimbingan dan pengarahan dilakukan dalam bentuk
sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan instansi terkait lainya.
Selain itu dilakukan pembinaan kesadaran beragam di masyarakat.
b.
Kurangnya
Motivasi Untuk Bekerja
Kurangnya
motivasi masyarakat khususnya para pengangguran untuk bekerja berhubungan
dengan sifat feodalisme para pengangguran yang beranggapan bahwa pekerjaan yang
paling baik adalah menjadi pegawai negeri.Hal ini mengakibatkan dorongan untuk
mencari pekerjaan bagi para pengangguran sangat kecil.
c.
Keterbatasan
Keahlian dan Keterampilan
Pelatihan-pelatihan
keterampilan yang di peruntukan bagi para pengangguran meliputi
pelatihan-pelatihan keahlian, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
oleh pihak swasta seperti pelatihan komputer, elektronika,dan pertukangan serta
peternakan. Hal tersebut sudah sering dilakukan untuk nmemberikan pengetahuan
keahlian tambahan bagi masyarakat desa khususnya bagi para pengangguran.Namun
dari beberapa kegiatan pelatihan tersebut tidak dikembangkan dengan begitu baik
oleh para peserta pelatihan, hal ini di sebabkan karena keterbatasan modal sehingga
tidak ada tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala Desa Ondoke 19 september 2012 yang menytakan bahwa:
Kegiatan
pelatihan yang dilakukan Desa Ondoke dengan mengirimkan beberapa warga
masyarakat usia angkatan kerja untuk mengikuti pelatihan, baik melalui Balai
Latihan Kerja (BLK) yang ada di kota Kendari maupun melalui yayasan-yayasan
yang diperuntukan bagi masyarakat yang berminat menjadi TKI sehingga mereka
termotivasi untuk menggeluti suatu bidang usaha.Namun kenyataan yang ada bahwa
keahlian yang pernah diperolehnya tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal
untuk dijadikan sebagai mata pencaharian mereka
Berdasarkan hasil wawancara di atas
menunjukan bahwa kegiatan pelatihan di Desa Ondoke sudah sering dilakukan, baik
oleh pemerintah melalui Balai Latihan Kerja maupun oleh swasta melalui
yayasan-yayasan pencari kerja. Keterampuilan yang diperoleh dari kegiatan pelatihan
tersebut meliputi keterampilan komputer, elektronika maupun keterampilan
pertungakangan.Namun sejauh ini, keahlian tersebut tidak dimanfaatkan denagn
baik bagi masyarakat di Desa Ondoke khususnya para pencari kerja.
d.
Keterbatasan
Lapangan Kerja
Upayan yang
dilakukan pemerintah desa dalam mengatasi keterbatasan lapangan kerja bagi para
pengangguran yakni dengan melakukan kerja sama dengan beberapa industri untuk
membuka cabang perusahaanya di Desa Ondoke sehingga tenaga kerja atau para
pengangguran terserap sebagai tenaga kerja di industry tersebut. Selain itu
meningkatkan pengembangan sektor perikanan dan pertanian sehingga industri yang
bergerak dalam bidang perikanan dan pertanian dapat mendirikan perusahaanya di
Desa tersebut.
1.
Usaha Penanggulangan yang Bersifat Represif
Usaha
penanggulangan yang bersifat represif adalah suatu tindakan aktif yang
dilakukan pihak berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar
penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Kerjasama dengan aparat kepolisian
serta untuk saling melakukan koordinasi terutama bila ada dugaan akan atau
terjadi suatu kejahatan dalam rangka menciptakan kehidupan aman dan tentram. Hal
ini sesuain Hasil wawancara dengan Kepala Desa Ondoke 19 september 2012 beliau
mengatakan bahwa:
“Upaya
penanggulangan yang bersifat represif dilakukan dengan cara kerjasama
pemerintah desa dengan aparat kepolisian setempat untuk saling melakukan
pengawasan dan koordinasi terutama bila ada dugaan akan atau terjadi suatu
kejahatan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan tentram dalam masyarakat
desa”
Berdasarkan
hasil wawancara di atas menunjukan bahwa telah dilakukan kerjasama antara
pemerintah desa dengan aparat kepolisian yang ada di kecamatan Sawerigadi.
Terhadap mereka yang telah terbukti melakukan kejahatan,di berikan imbalan atau
sanksi kepada pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku.
Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan
wawancara dengan Ld Ghohi 20 September 2012 dia menyatakan bahwa:
Seringkali kami
melakukan kriminalitas itu seperti mabuk-mabukan dipinggir jalan, mencuri ayam
masyarakat main judi, samapi-sampai kadang terjadi pertengkaran bahkan tawuran
antar dusun sehingga meresahkan kehidupan social dimasyarakat samapi Kepala
Desa memberkan hukuman bahkan kadang sampai di laporkan di kepolisian.
Berdasarkan
hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa perlunnya diberikan sanksi atau
imbalan kepada pelaku kejahatan sesuai dengan hukum yang berlaku, dimana
melalui pemberian hukuman tersebut
diharapkan akan berdampak kepada pengambilan tingkat kesadaran mereka dan
menerima hukuman dengan hati terbuka.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
maka dapat di simpulkan bahwa yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Desa
Ondoke adalah sifat feodalisme yang berakar dari suatu anggapan bahwa pekerjaan
sebagai pegawai negeri adalah pekerjaan yang memiliki nilai prestise yang
sangat tinggi di mata mayarakat, dimana sebagian besar masyarakat memiliki
keinginan yang kuat untuk menjadi pegawai negeri. Walaupun warga Desa Ondoke
yang telah menyelesaikan studi SI di universitas,
harapan setelah kembali di desa mereka juga tetap menjadi pengangguran karena
mereka hanya semata-mata mengharapkan pegawai negeri sipil dan tidak banyak
menaruh harapan pada sektor lain karena adanya anggapan yang muncul bahwa PNS
memiliki nilai prestise tinggi dalam masyarakat.
Disisi lain yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pengangguran di Desa Ondoke, yakni rendahnya tatanan
berpikir masyarakat dalam melahirkan ide-ide baru, rendahnya motivasi kerja,
melemahnya keterampilan yang dimilki oleh para penganggur, dan rendahnyan
perputaran uang atau pertumbuhan ekonomi. Dengan mengandalkan pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) sebagai pekerjaan utama, maka setiap individu atau para
penganggur merasa malas untuk membuka lapangan kerja lain yang dapat menunjang
ekonomi mereka seperti, perbengkelan, indutri kecil, dan atau yang dikenal
dengan Home Industry, ketika mereka terlibat dalam pekerjaan yang seperti ini
reruntama bagi mereka yang lulusan dari perguruan tinggi, maka mereka
beranggapan bahwa martabat atau harga diri mereka menjadi hilang atau lebih
rendah bila dibandikan dengan mereka yang berprofesi sebagai PNS di mata
masyarakat.
A.
SARAN
a.
Diharapkan kepada
warga Desa Ondoke agar menghilangkan sikap feodalisme yang dimilki dan kembali
menumbuhkan motivasi kerja serta tidak mengharapkan bekerja hanya sebagai PNS
karena paradigma tersebut adalah paradigma klasik.
b.
Diharapkan kepada
pemerintah sekiranya menyiapkan lapangan pekerjaan yang memadai bagi para
pencari kerja.