Woensdag 08 Mei 2013

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN DI DESA ONDOKE KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA Oleh : Wa Santi




FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN DI DESA ONDOKE KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA
Oleh : Wa Santi



 


Abstract : Problem of this study is what factors that cause jobless in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of Muna District. This study aimed to determine several factors that case of jobless in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of Muna District. Technique of data collection were done by: 1. Interview which conducted directly to the respondents are guided with fill out a questionnaire items to have accurate data, 2. Documentation is to collect the available data from technical organization in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of Muna District. The amounts of population were 126 respondents. Sampling refers to a statement that if the subject is less than a hundred, it be better if took it all. So, this is called population study. And, if the subject is larger, then it took 20 – 25% or more. Thus, the samples of this study were 32 respondents.  Analysis tool used in this study was the collected data would be analyzed descriptively qualitative. Result of this study concludes that the case of jobless in Ondoke Village of Sawerigadi Subdistrict of Muna District is feudalism trait that the work as civil servant is the work has highest prestige value in society view. So, most of the people have strong interest to be civil servant; but there was less motivation to work in another area due to their strong interesting to be civil servant. Less of work motivation is caused with most respondents have low interesting to work in another areas; they just hope to be civil servant although they must spend higher cost. It is due to the reason that other work areas beside civil servant do not give a guarantee in the old time. Another reason is there was a limited skill, which most of the jobless just graduate from Senior High School that have limited skill.

PENDAHULUAN
Pengangguran yang terjadi di Indonesia, diantara disebabkan tiga faktor; pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari pada jumlah kesempatan kerja yang tersedia; kedua, kesenjangan antara kualitas pencari kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh pasar kerja; dan ketiga, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena alasan efisiensi dan kebangkrutan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama dan kedua merupakan faktor dominan yang menyebabkan pengangguran (Susanti, 1995:26).
Berdasarkan hasil Survey Ekonomi Nasional BPS tahun 2011 Sulawesi Tenggara memiliki jumlah penduduk 1.959.414 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 1.485.531 jiwa berada pada usia kerja, dimana 615.784 jiwa atau sekitar 41,45% dari jumlah usia kerja ini tidak termasuk dalam angkatan kerja, dengan demikian terdapat 869.747 jiwa atau sekitar 58,55% dari usia kerja merupakan angkatan kerja. Selanjutnya dari 869.747 jiwa angkatan kerja, terdapat 112.546 atau 12,94% dari jumlah angkatan kerja adalah pengangguran. Sedangkan sebanyak 757.201 atau 87,06% dari jumlah agkatan kerja telah diserap berbagai sektor lapangan kerja (BPS Sultra, 2011:71).
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukan bahwa angka pengangguran di Sulawesi Tenggara masih relatif besar sehingga memerlukan penanganan yang sungguh-sungguh agar tidak berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Di Kabupaten Muna pada tahun 2011 jumlah penduduknya sebanyak 493.428 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 166.807 jiwa atau 33,81% bukan usia kerja dan sebanyak 326.624 jiwa atau 66,19% adalah penduduk dengan usia kerja. Selanjutnya, dari penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 166.154 jiwa atau 50,81% bukan termasuk angkatan kerja dan 160.470 jiwa atau 49,13% merupakan angkatan kerja. Kemudian dari angkatan kerja, sebanyak 151.435 jiwa atau 93,37% sudah bekerja dan 9.035 atau 5,63% tergolong pengangguran (BPS Sultra 2011 : 77).
Desa Ondoke merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Muna profinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah penduduk 1016 jiwa, dimana berdasarkan jumlah tersebut, terdapat 691 jiwa atau 68,01% penduduk berada pada usia angkatan kerja. Berdasarkan usia angkatan kerja tersebut terdapat 569 jiwa atau 81,76% telah bekerja dan masih ada 126 jiwa atau 22,14% yang belum mendaparkan pekerjaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di Desa Ondoke memiliki potensi untuk membuka usaha jasa angkutan (transportasi dasar), perdagangan dan industri -industri rumah tangga serta jenis usaha lainnya yang mampu menyerap tenaga kerja di desa tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dilakukan pengkajian lebih mendalam mengenai faktor penyebab terjadinya pengangguran di desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.
            Masalah dalam penelitian in adalah factor-faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya pengangguran di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.
 Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi pemerintah di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna dalam pembuatan kebijakan khususnya dalam penganggulangan pengangguran,dan bagi masyarakat dalam merubah pandangan hidup,prinsip dan gaya hidup dalam mencegah terjadinya masalah social khususnya pengangguran.
Menurut Payaman Simanjutak menyatakan bahwa, tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melaksanakan kegiatan lain  separti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya di tentukan oleh umur /usia.
Tenga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, yaitu usia 15-65 tahun. Berdasarkan UU No 13. Tahun 2003, tenaga kerjaadalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat (Simanjutak,2001: 37).
Angkatan kerja ( labour Force)adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secra yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekrjaan secara bersedia secara aktuf dan pasif melakukan dan mencari pekerjaan (Sumarsono,2009).
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA, Mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya karena sesuatu hal yang tidak atau belum membutuhkan pekerjaan (Sonny Harry, 2005 : 7).
International Labour Organization mendefenisikan bahwa pengangguran adalah seseorang yang termasuk penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja dan bersedia menerima pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan (BPS Sultra, 2007: 7). Selain itu menurut Manning dan Effendi, (2001: 60) Pengangguran adalah seseorang yang telah mencapai usia tertentu dan tidak memiliki pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan agar memperoleh upah atau keuntungan.
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1.      Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2.      Setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3.   Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini cukup banyak karena memang belum mempunyai pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.    Pengangguaran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
b.   Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh pengangguran struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti : permintaan berkurang, kemajuan dan penggunaan teknologi serta kebijakan pemerintah
c.       Penggangguran friksional (frictional unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d.      Pengangguran musiman adalah pengangguran akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam kemusim panen.
e.       Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
f.       Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat the man).
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (volumtary unemployment) dan pengangguran dukalara (involumtary unemployment). Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran dukalara adalah pengangguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja (BPS Sultra, 2007 : 5-12).
Menurut Nanga (2001: 18), faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut :
1.Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.
2.Struktur lapangan kerja tidak seimbang.
3.Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.  Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran tidak akan terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagaian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi tenaga kerja yang tersedia.
4.      Meningkatnya peranan dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja wanita.
5.      Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang.
Menurut Sudrajat (2006 : 6-8) menyebutkan beberapa faktor penyebab terjadinya pengangguran, yakni : 1. Warisan sifat feodalisme, 2. Tidak ada motivasi untuk bekerja, 3. Lapangan kerja yang tersedia memerluka keterampilan khusus, 4. Pertumbuhan ekonomi, 5. Menemui jalan buntu dalam mencari pekerjaan.
Menurut Syani (2001 : 121) menyatakan bahwa pengangguran dianggap sebagai masalah sosial karena dapat menimbulkan berbagai masalah seperti kejahatan, pemerkosaan, pemborosan dan sebagainya. Dengan kata lain pengangguran menimbulkan keresahan-keresahan, baik keresahan yang dirasakan pengangguran itu.
Dalam mengatasi terjadinya dampak pengangguran di Indonesia dilakukan melalui penanganan secara preventif (pencegahan) dan represif.Penaganan secara preventif dilakukan guna mencegah terjadinya pengangguran secara besar-besaran.Sedangkan penangan secara represif ditujukan untuk memberikan tindakan tegas baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Tindakan-tindakan tersebut secara selangsung memberikan yang berati dalam mengatasi dampak terjadinya pengangguran di Indonesia (Soesilo R;2001:14).

METODE PENELITIAN
A.    Tempat dan WaktuPenelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.Adapun waktu  penelitian ini dilaksanankan bulan Oktober hingga november 2012.
B.     Jenis dan sumber data
1.      Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu memberikan gambaran secara rinci berdasarkan fenomena yang ada di lapangan tentang penyebab faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran di Desa Ondoke
2.      Sumber data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data promer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari pengangguran di desa ondoke berdasarkan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi tekhnik lingkup pemerintah desa.
C.    Informan Penelitian
 Subjek penelitiannya berjumlah 6 orang yang terdiri dari 1 orang kepala desa dan 5 orang pengangguran dari masing-masing jenis pengangguaran, yakni 1 orang pengangguran terselubung; 1 orang pengagguran terbuka; 1 orang pengagguran struktual; 1 orang pengaguran musiman; dan 1 orang dari setengah mengaggur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang jelas dari masing-masing jenis pengangguran yang ada di Desa Ondoke.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang di perlukan dalam penelitian ini di gunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1.      Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data yang berupa data sekunder guna mendukung penelitian melalui penelaah buku-buku referensi dan sumber-sumber tertulis lainya yang relevan dengan tujuan dari penelitian ini.
2.      Penelitian lapangan yaitu melakukan penelitian secara langsung di lapangan dengan menggunakan teknik:
a.       Observasi
Teknik ini di gunakan untuk melengkapi data yang masih belum terjaring melalui penggunaan teknik angket dan wawancara. Observasi di lakukan dengan cara mengamati langsung informan mengenai kondisi sosial mereka.
b.      Wawancara (interview)
Wawancara yaitu mengadakan wawancara langsung dengan para informan dan sumber informan yang dilakukan secara terbuka menggunakan daftar pedoman wawancara yang di harapkan dapat memberikan informasi sesuai, khususnya mengenai pengangguran di desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna.
E.     Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian diolah secara manual yang tersaji  dalam bentuk tabel dan presentase, kemudian di analisis dan di interpretasikan secara kualitatif dalam rangka menjawab permasalahan penelitian ini.
F.     Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini, maka dikemukakan defenisi operasional sebagai berikut :
1.      Pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan
2.      Faktor penyebab terjadinya pengangguran adalah faktor yang dapat menyebabkan seseorang menganggur yang terdiri dari : 1) sifat feodalisme yang tertanam kuat dari dalam diri individu; 2) kurangnya motivasi untuk bekerja; 3) keterbatasan keahlian dan keterampilan; dan 4) keterbatasan lapangan kerja.
3.      Upaya yang dilakukan dalam mengatasi faktor penyebab terjadinya pengangguran adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi penyebab pengangguran yang ditimbulkan oleh adanya pengangguran di Desa Ondoke yang terdiri dari upaya yang bersifat preventif (pencegahan), upaya yang bersifat represif dan upaya yang bersifat kuratif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Wilayah desa ondoke memiliki 472 Ha terbagi atas dua dusun yaitu dusun 1 dan dusun II.Selain itu juga desa Ondoke yang terletak di daratan Muna mempunyai iklim tropis, mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim panas. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan desember sampai dengan maret, bersamaan dengan bertiupnya angin barat. Sedangkan musim panas biasanya terjadi pada bulan mei sampai oktober, bersamaan dengan bertiupnya angin Timur. Disaat pergantian antara musim hujan dan musim panas selalu diselingi musim pancaropba yang terjadi pada bulan April dan November.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2011 Jumlah penduduk Desa Ondoke sebanyak 1019 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 481 jiwa dan perempuan sebanyak 538 jiwa dengan jumlah 254 KK.Dilihat dari suku bangsa yang mendiami Desa Ondoke mayoritas adalah suku Muna yakni 98% sisanya dari suku Jawa, Buton, dan  yang pada umumnya adalah pendatang.
Penyebab terjadinya pengangguran
Peneliti melakukan wawancara dengan kepala Desa Ondoke pada tanggal 19 september 2012 di Desa Ondoke, peneliti menanyakan tentang apa yang menyebabkan terjadinya pengangguran Di Desa Ondoke sehingga terus meningkat di setiap tahunya, beliau mengatakan bahwa
Keterbatasan kantor-kantor pemerintah dalam menyerap para pencari kerja yang jumlahnya demikian banyak dan terus meningkat dari tahun-ketahun serta pada akhirnya bermuara pada semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Keinginan yang kuat untuk bekerja pada kantor-kantor milik pemerintah maupun swasta sebagai pegawai negeri maupun karyawan tetap menjadikan para pencari kerja di Desa Ondoke sebagai pengangguran karena terbatasnya daya serap tenaga kerja pada kantor instansi pemerintah maupun swasta. Keadaan ini semakin diperpara dengan sikap apatis yang muncul dalam diri individu tersebut. Keinginan mereka yang demikian kuat untuk menjadi pegawai negeri membuat mereka bersikap masa bodoh (apatis) untuk mencari peluang kerja pada sektor-sektor lainnya
            Untuk mengetahui lebih jelasnya peneliti melakukan wawancara dengan salah seorang sarjana yang menganggur Siti Jaya S.Pd. dia mengatakan bahwa
harapan besar saya setelah sarjana adalah menjadi Pegawai Negeri Sipil di instansi pemerintah dalam hal ini diangkat menjadi guru tetap atau  PNS karna kalau hanya menharapkan honor di sekolah kantor-kantor pemerintah itu tidak sebanding dengan ongkos transportasi saya di setiap harinya
Peneliti juga menanyakan kepada salah seorang pengangguran mengapa anda tidak bekerja “Ld Faeda wawancara 20 september 2012”
saya tidak berusaha mencari pekerjaan karna orang tua saya masih mampu menanggung semua kebutuhan saya termasuk kebutuhan istri dan anak saya
peneliti juga menanyakan apa yang anda lakukan selama menganggur kepada “Samlin 22 september 2012 ia menyatakan bahwa
selama beberapa tahun terakhir ini saya banyak menghabiskan waktu untuk bermain judi dengan teman-teman. Karena saya tidak mempunyai pekerjaan, maka modal untuk menyambung hidup biasanya saya peroleh dengan cara meminta pada saudara saya yang telah berkeluarga atau mengambil barang berharga milik orang tua lalu saya jual
            Peneliti juga menanyakan mengapa anda tidak melanjutkan sekolah dengan salah seorang pengangguran tamatan SMP wawancara dengan La Ifu, dia menyatakan bahwa
Saya sebenarnya ingin lanjut di SMA namun Faktor ekonomi dan jauhnya jarak sekolah yang membuat saya tidak sekolah kejenjang selanjutnya sehingga saya tidak memiliki keahlian ataupun keterampilan
Peneliti juga menanyakan kepada Kepala Desa Ondoke tentang bagaimana dampaknya terhadap masyarakat sekitar dengan banyaknya pengangguran yang ada di Desa ini beliau menytakan bahwa:
dengan semakin banyaknya jumlah pengangguran yang ada di Desa ondoke, secara langsung akan berdampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat penyebab yang ditimbulkan dari adanya pengangguran yang paling utama dan sering terjadi di Masyarakat adalah timbulnya kerawanan social baik terjadinya mabuk-mabukan, pencurian serta kejahatan lainnya yang meresahkan masyarakat
Pembahasan
Dalam sub bab ini akan membahas tentang faktor dan usaha penanggulangan pengangguran  yang ada di Desa Ondoke Kecamatan Sawerigadi Kabupten Muna hal ini sesuai dengan cuplikan hasil wawancara dengan kepada Kepala Desa Ondoke tentang bagaimana dengan penyediaan lapangan kerja yang ada di desa ini beliau juga mengatakan bahwa:
Selama ini Depnakertrans sudah menyebarkan informasi dan mendorong kearah wirausaha melalui pertemuan di kantor desa dengan masyarakat di Desa Ondoke. Pada umumnya, 54-60 persen sektor informal mampu menampung pencari kerja, sebagai usaha mandiri professional, tenaga kerja terdidik, lalu masalah pengembangan penerapan teknologi tepat guna, maupun pola-pola pemberian kredit bank namun tidak begitu di indahkan dengan sebahagian pengangguran karna terbatasnya modal yang mereka miliki.
Pengangguran yang terjadi di Desa Ondoke memberikan dampak bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Dampak bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang sering terjadi adalah tindakan-tindakan mereka yang meresahkan masyarakat seperti alkohol, perjudian, perkelahian dan lain-lain.
Untuk mengatasi dampak  sosial pengangguran tersebut merupakan kewajiban kita bersama, meskipun diakui bahwa dampak sosial pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks disebabkan oleh beberapa faktor penyebab itu sendiri, sehingga upaya penanggulanganya pun memerlukan berbagai macam usaha yang meliputi:
Usahapreventifyang di maksud adalah penanggulangan dampak pengangguran yang bersifat pencegahan.Tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau dicegah pengendalian yang bersifat preventif umunya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan dan ajakan. Hal ini dilakukan dengan beberapa upaya kepada warga masyarakat pada umunya yang meliputi:
a.       Sifat Feodalisme yang Kuat
Sifat feodalisme masyarakat yang beranggapan bahwa bekerja sebagai pegawai negeri sipil adalah lebih baik dibandingkan dengan pekerjaan lainya. Untuk hal tersebut pemerintah desa melakukan pendekatan secara personal kepada para pengangguran melalui bimbingan dan pengarahan, dimana para pengangguran diberikan pola pikir dan pandangan yang lebih luas lagi mengenai jenis-jenis pekerjaan yang bias memenuhi kebutuhan mereka Bimbingan dan pengarahan dilakukan dalam bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan instansi terkait lainya. Selain itu dilakukan pembinaan kesadaran beragam di masyarakat.
b.      Kurangnya Motivasi Untuk Bekerja
Kurangnya motivasi masyarakat khususnya para pengangguran untuk bekerja berhubungan dengan sifat feodalisme para pengangguran yang beranggapan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah menjadi pegawai negeri.Hal ini mengakibatkan dorongan untuk mencari pekerjaan bagi para pengangguran sangat kecil.
c.       Keterbatasan Keahlian dan Keterampilan
Pelatihan-pelatihan keterampilan yang di peruntukan bagi para pengangguran meliputi pelatihan-pelatihan keahlian, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta seperti pelatihan komputer, elektronika,dan pertukangan serta peternakan. Hal tersebut sudah sering dilakukan untuk nmemberikan pengetahuan keahlian tambahan bagi masyarakat desa khususnya bagi para pengangguran.Namun dari beberapa kegiatan pelatihan tersebut tidak dikembangkan dengan begitu baik oleh para peserta pelatihan, hal ini di sebabkan karena keterbatasan modal sehingga tidak ada tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Kepala Desa Ondoke 19 september 2012 yang menytakan bahwa:
Kegiatan pelatihan yang dilakukan Desa Ondoke dengan mengirimkan beberapa warga masyarakat usia angkatan kerja untuk mengikuti pelatihan, baik melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada di kota Kendari maupun melalui yayasan-yayasan yang diperuntukan bagi masyarakat yang berminat menjadi TKI sehingga mereka termotivasi untuk menggeluti suatu bidang usaha.Namun kenyataan yang ada bahwa keahlian yang pernah diperolehnya tersebut tidak dimanfaatkan dengan maksimal untuk dijadikan sebagai mata pencaharian mereka

Berdasarkan hasil wawancara  di atas menunjukan bahwa kegiatan pelatihan di Desa Ondoke sudah sering dilakukan, baik oleh pemerintah melalui Balai Latihan Kerja maupun oleh swasta melalui yayasan-yayasan pencari kerja. Keterampuilan yang diperoleh dari kegiatan pelatihan tersebut meliputi keterampilan komputer, elektronika maupun keterampilan pertungakangan.Namun sejauh ini, keahlian tersebut tidak dimanfaatkan denagn baik bagi masyarakat di Desa Ondoke khususnya para pencari kerja.
d.      Keterbatasan Lapangan Kerja
Upayan yang dilakukan pemerintah desa dalam mengatasi keterbatasan lapangan kerja bagi para pengangguran yakni dengan melakukan kerja sama dengan beberapa industri untuk membuka cabang perusahaanya di Desa Ondoke sehingga tenaga kerja atau para pengangguran terserap sebagai tenaga kerja di industry tersebut. Selain itu meningkatkan pengembangan sektor perikanan dan pertanian sehingga industri yang bergerak dalam bidang perikanan dan pertanian dapat mendirikan perusahaanya di Desa tersebut.
1.      Usaha Penanggulangan yang Bersifat Represif
Usaha penanggulangan yang bersifat represif adalah suatu tindakan aktif yang dilakukan pihak berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang sedang terjadi dapat dihentikan. Kerjasama dengan aparat kepolisian serta untuk saling melakukan koordinasi terutama bila ada dugaan akan atau terjadi suatu kejahatan dalam rangka menciptakan kehidupan aman dan tentram. Hal ini sesuain Hasil wawancara dengan Kepala Desa Ondoke 19 september 2012 beliau mengatakan bahwa:
Upaya penanggulangan yang bersifat represif dilakukan dengan cara kerjasama pemerintah desa dengan aparat kepolisian setempat untuk saling melakukan pengawasan dan koordinasi terutama bila ada dugaan akan atau terjadi suatu kejahatan dalam menciptakan kehidupan yang aman dan tentram dalam masyarakat desa
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa telah dilakukan kerjasama antara pemerintah desa dengan aparat kepolisian yang ada di kecamatan Sawerigadi. Terhadap mereka yang telah terbukti melakukan kejahatan,di berikan imbalan atau sanksi kepada pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku.
 Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan wawancara dengan Ld Ghohi 20 September 2012 dia menyatakan bahwa:
Seringkali kami melakukan kriminalitas itu seperti mabuk-mabukan dipinggir jalan, mencuri ayam masyarakat main judi, samapi-sampai kadang terjadi pertengkaran bahkan tawuran antar dusun sehingga meresahkan kehidupan social dimasyarakat samapi Kepala Desa memberkan hukuman bahkan kadang sampai di laporkan di kepolisian.
                                                  
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa perlunnya diberikan sanksi atau imbalan kepada pelaku kejahatan sesuai dengan hukum yang berlaku, dimana melalui  pemberian hukuman tersebut diharapkan akan berdampak kepada pengambilan tingkat kesadaran mereka dan menerima hukuman dengan hati terbuka.

PENUTUP
Kesimpulan
 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di simpulkan bahwa yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Desa Ondoke adalah sifat feodalisme yang berakar dari suatu anggapan bahwa pekerjaan sebagai pegawai negeri adalah pekerjaan yang memiliki nilai prestise yang sangat tinggi di mata mayarakat, dimana sebagian besar masyarakat memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pegawai negeri. Walaupun warga Desa Ondoke yang telah menyelesaikan studi SI di universitas, harapan setelah kembali di desa mereka juga tetap menjadi pengangguran karena mereka hanya semata-mata mengharapkan pegawai negeri sipil dan tidak banyak menaruh harapan pada sektor lain karena adanya anggapan yang muncul bahwa PNS memiliki nilai prestise tinggi dalam masyarakat.
Disisi lain yang  menyebabkan terjadinya peningkatan pengangguran di Desa Ondoke, yakni rendahnya tatanan berpikir masyarakat dalam melahirkan ide-ide baru, rendahnya motivasi kerja, melemahnya keterampilan yang dimilki oleh para penganggur, dan rendahnyan perputaran uang atau pertumbuhan ekonomi. Dengan mengandalkan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai pekerjaan utama, maka setiap individu atau para penganggur merasa malas untuk membuka lapangan kerja lain yang dapat menunjang ekonomi mereka seperti, perbengkelan, indutri kecil, dan atau yang dikenal dengan Home Industry, ketika mereka terlibat dalam pekerjaan yang seperti ini reruntama bagi mereka yang lulusan dari perguruan tinggi, maka mereka beranggapan bahwa martabat atau harga diri mereka menjadi hilang atau lebih rendah bila dibandikan dengan mereka yang berprofesi sebagai PNS di mata masyarakat.

A.      SARAN
a.       Diharapkan kepada warga Desa Ondoke agar menghilangkan sikap feodalisme yang dimilki dan kembali menumbuhkan motivasi kerja serta tidak mengharapkan bekerja hanya sebagai PNS karena paradigma tersebut adalah paradigma klasik.
b.      Diharapkan kepada pemerintah sekiranya menyiapkan lapangan pekerjaan yang memadai bagi para pencari kerja.


HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X MAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN Oleh : Sajidin



HUBUNGAN ANTARA KREATIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X MAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Oleh : Sajidin

ABSTRACT Paper title “ Relationship Among Students Learned Creativity with Yielding Learned Economic Student brazes x MAN Konda Konawe's Regency south ” under guidance Drs Surdin, M.Pd interrupts me I counsellor and Rizal, S.Pd, M.Hum interrupts me counsellor II.
About problem in this research is formulated “ if available relationship among students learned creativity with yielding learned economic student brazes X MAN Konda Konawe's Regency south ” this observational Aim is subject to be know relationship among students learned creativity with yielding learned economic student brazes x MAN Konda Konawe's Regency south. This research consisting of two variables which is one variable free (X ) creativity study students and one variable be tied-up (Y. ) result studies student economy. Population in observational it is exhaustive student braze x MAN Konda on Schools Year Even semester 2012 / 2013 total one 123 students and samples in observational it total 55 students. Methodic data collecting that is utilized in research is regression approaching and correlation approaching by use of questionnaire and essay studying result. analisis's tech data that is utilized in this research is (1 ) data normality quizs to know if data those are analyzed comes from population that gets normal distribution or not (2 ) data homogeneity quizs to know if data those are analyzed comes from population that homogeny or not (3 ) linearity quiz for can know if both of that variable linear or not, and to test hypothesis was utilized by quiz regression and correlation by use of quiz product moment to know there is don't it relationship among variable creativity studies student with yielding learned economic student brazes x MAN Konda. Base this result points out that exists positive relationship among student studying creativity with yielding learned economic student brazes x MAN Konda. It can be seen from correlation coefficient( r ) as big as 0,58, meanwhile determinant coefficient point it( r 2 ) as big as 0,3364 or 33,64%. Of that result used to mean that 33,64% result study student economy braze x MAN Konda determined by student studying creativities and as more as it determined by variables any other that doesn't be worked through deep observational it.
Key words: Students Learned creativity, Economic Learned result Student

PENDAHULUAN

Pendidikan formal di Indonesia pada umumnya mementingkan pengembangan daya nalar, sementara rangsangan daya pikir kreatif terabaikan. Bahkan di lapangan sering ditemukan bahwa di sekolah cenderung menghambat kreativitas, antara lain dengan mengembangkan kelakuan berimajinatif.
Kreativitas belajar mengajar ekonomi yang baik adalah guru harus mampu menciptakan suasana yang membuat murid antusias terhadap persoalannya. Guru perlu membantu siswa untuk aktif berfikir, karena pada hakikatnya guru adalah sebagai fasilitator yang mendorong siswa belajar mandiri dengan sebaik mungkin.
Setiap siswa yang belajar pasti ingin mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, akan tetapi untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan tersebut tidak semudah membalik telapak tangan, karena banyak hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik.
Hasil belajar merupakan cerminan dari usaha belajar, semakin baik usaha belajarnya, maka semakin baik pula hasil yang diraih. Dengan hasil belajar yang diraih seseorang dapat dilihat seberapa besar kualitas pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam observasi awal diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran ekonomi di kelas X MAN Konda, siswa masih menunjukkan sikap yang kurang aktif dan mandiri seperti meniru tugas teman, tidak ada keinginan mencari materi dari sumber lain, dan kurang mengeluarkan pendapatnya. Hal ini terlihat dari hasil belajar ekonomi siswa yang hanya mencapai rata-rata 70 sementara sekolah memberikan standar kelulusan 75. (Sumber dari guru mata pelajaran ekonomi kelas X MAN Konda)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kreativitas Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan”
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitan ini adalah apakah ada hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan.

KAJIAN TEORI

1.      Pengertian Kreativitas Belajar siswa
Pengertian kreativitas menurut Drevdahl dalam Hurlock (2004: 4) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya.
Saiki (Martopo, 2006: 215) kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk mengenal (mengidentifikasi) masalah secara tepat dan memberikan jawaban yang tepat terhadap masalah itu.
Mack (2002: 7) yang penting dari kreativitas adalah proses menyusun ide sehingga membentuk sesuatu yang baru. Pendapat tersebut disempurnakan oleh Rukky (2005: 13) yang mengemukakan bahwa kreativitas adalah upaya melakukan aktivitas yang baru dan mengagumkan..
Dari definisi menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya.
Sudjana (2002: 28) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pemahamannya, pengetahuannya, tingkah laku dan aspek lain yang ada pada individu siswa.
Fathurohman (2007: 6) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan dalam pribadi manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan kemampuan lainnya.
Sanjaya (2006: 10) bahwa belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.
Menurut definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam pribadi manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir dan kemampuan lainnya.
Menurut Semiawan (2000: 7) kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah dalam belajar. Kreativitas belajar dapat dilihat berdasarkan aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif seperti kelancaran (fluency), keluwesan (fleksibelitas) dan keaslian (orisinalitas) dalam pemikiran. Sedangkan yang termasuk aspek afekif seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman baru.
Mycoff (2002: 49) menyatakan beberapa ciri-ciri orang kreatif adalah sebagai berikut:
1.    Keberanian, berani menghadapi tantangan baru dan bersedia menghadapi resiko kegagalan.
2.    Ekspresif, tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaannya.
3.    Humor, berkaitan dengan kreativitas menggabungkan hal-hal sedemikian rupa sehingga menjadi berbeda, tidak terduga, dan tidak lazim.
4.    Intuisi, menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam kepribadiannya.
Indikator kreativitas belajar menurut Uno (2009: 21) adalah sebagai berikut:
1.    Memiliki rasa ingin tahu
Biasanya siswa yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan mempunyai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.
2.    Sering mengajukan pertanyaan yang membangun
Siswa yang kreatif biasanya dalam belajar selalu bertanya dan pertanyaan yang diajukan selalu berbobot dan sifatnya membangun.
3.    Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
Siswa yang keatif mampu memberikan gagasan dan usul terhadap suatu masalah yang perlu diselesaikan. Hal ini berarti siswa memiliki kreativitas yang tinggi dalam menyelesaikan masalah.
4.    Mampu menunjukkan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
Apabila mengeluarkan pendapat secara langsung dan tidak malu-malu. Contonya dalam diskusi belajar di kelas menyampaikan pendapatnya secara langsung dalam keadaan setuju ataupun tidak setuju.
5.    Mempunyai atau menghargai keindahan
Minat siswa dalam keindahan juga lebih kuat dari rata-rata, walaupun tidak semua orang kreatif menjadi seniman, tetapi mereka mempunyai minat yang cukup besar terhadap keadaan alam, seni, sastra, music dan teater.
6.    Bebas berfikir dalam belajar
Siswa memiliki kekebasan dalam berfikir, dalam hal ini siswa mempunyai kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan awal yang diperoleh untuk kemudian diterapkan dalam kehidupannya.
7.    Memiliki rasa humor tinggi
Siswa kreatif biasanya memiliki rasa humor tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.
8.    Mempunyai daya imajinasi yang kuat
Siswa yang kreatif biasanya lebih tertarik pada hal-hal yang rumit.
9.    Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain
Siswa mempunyai rencana yang inovatif serta orisinal yang telah dipikirkan dengan matang terlebih dahulu dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya.
10.  Dapat bekerja sendiri
Siswa yang kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri, sehingga selalu mengerjakan sendiri. Contohnya apabila mendapat tugas selalu berusaha mengerjakan sendiri.
11.  Sering mencoba hal-hal baru
Biasanya siswa yang kreatif berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) dari pada siswa pada umumnya. Artinya dapat melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting, dan disukai mereka tidak menghiraukan kritik atau ejekan orang lain.
12.  Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan
Siswa yang kreatif dapat mengembangkan suatu gagasan yang baru agar dapat berkembang kearah yang lebih baik dan jelas.

Dari beberapa definisi menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan/kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar sehingga siswa dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar.

2.      Hasil Belajar Ekonomi
Ibrahim dan Syaodiyah (2003: 86) mengemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan diperoleh suatu hasil yang kemudian disebut hasil pengajaran atau hasil belajar.
Natawijaya (2007: 10) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan yang dicapai oleh seseorang sebagai akibat dari kegiatan belajar. Pada dasarnya hasil belajar diperoleh bukan hanya dengan mencatat, membaca dan tidak pula hanya sekedar menghafal melainkan juga harus dimengerti dan dipahami tentang apa dan bagaimana sesuatu itu dapat dipelajari.
Susilo (2004: 82) kondisi intelektuaal juga berpengaruh terhadap hasil belajar seorang siswa. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat bekerja. Sementara itu, Nashar (2004: 77) hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Dari definisi-definisi hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkahlaku pada diri siswa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pembahasan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang begitu banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada (terbatas )melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi. Samuelson.
Paul A. Samuelson (Sukwiaty, dkk, 2009: 120) mengemukakan bahwa ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi berbagai komoditas, untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Depdiknas (2003: 1) menyatakan tujuan mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah  Atas (SMA) adalah sebagai berikut:
1.    Membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yasng terjadi dilingkungan sekitar individu/rumah tangga, masyarakat dan Negara.
2.    Membekali siswa dengan sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ekonomi pada jenjang selanjutnya.
3.    Membekali siswa dengan nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wiraswasta.
4.    Meningkatkan kemampan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ekonomi adalah perubahan tingkahlaku pada diri siswa yang diperoleh setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pembahasan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
3.      Hubungan Antara kreativitas Belajar Dengan Hasil Belajar
Ali dan Ansori (2004: 41) mengatakan bahwa perkembangan kreativitas sangat erat dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Otak bekerja apabila terjadi proses berfikir, proses berfikir merupakan bagian proses belajar.
Ismail (2003: 133) menjelaskan bahwa kreativitas dapat menjadi kekuatan (power) yang menggerakkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, bodoh menjadi cerdas, pasif menjadi aktif, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar mempunyai hubungan yang erat dengan hasil belajar. Dimana dengan kreativitas belajar yang dimiliki oleh seorang siswa maka siswa akan memiliki kemampuan atau upaya dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.


METODE PENELITIAN

1.      Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Jurusan IPS SMA Negeri 4 Kendari tahun ajaran 2012/2013 terdiri dari 2 kelas dengan jumlah 75 orang siswa. Penentuan besarnya sampel menggunakan rumus Taro Yamane dalam Riduwan (2004: 26), dan diperoleh sampel sebanyak 63 siswa. Penentuan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan secara proporsional, sedangkan teknik penarikan sampel pada setiap kelas dilakukan secara random sampling.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN Konda pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 123. Penentuan besarnya sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Yamane dalam Riduwan (2007) yaitu :
Dimana :
n      =  Jumlah sampel
N     =  Jumlah Populasi
d2      =  Presisi yang diteapkan (10%)
Maka:
= = = =  55,15 = 55
Sedangkan teknik penarikan sampel pada setiap kelas dilakukan secara random sampling.
2.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan menggunakan pendekatan regresi dan pendekatan korelasi.
3.      Variabel dan Desain Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan satu variabel bebas yaitu kreativitas belajar siswa yang disimbolkan dengan (X), dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar ekonomi yang disimbolkan dengan (Y).
Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
X
Y
 


Dimana :
=    Hubungan
X         =    Kreativitas Belajar Siswa
Y         =    Hasil Belajar Ekonomi Siswa

4.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Angket yang digunakan untuk memperoleh data kreativitas belajar siswa. Angket ini dikembangkan berdasarkan indikator dan teori yang mendukung, dengan menggunakan skala likert dengan pilihan jawaban Sangat Sering (SS), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), Sangat Jarang (SJ).
2.     Tes hasil belajar disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku digunakan untuk memperoleh data hasil belajar ekonomi siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah berbentuk objektif.
5.      Instrumen Penelitian
1.   Instrumen Kreativitas Belajar Siswa
a.   Definisi Konsep
Kreativitas belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa menciptakan hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan/kemampuan formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar sehingga siswa dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar.
b.   Definisi Operasional
Yang dimaksud dengan kreativitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah total skor yang diperoleh setiap responden dalam menjawab angket kreativitas belajar siswa dengan berdasarkan indikator: (1) memiliki rasa ingin tahu; (2) sering mengajukan pertanyaan yang membangn; (3) memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; (4) mampu menunjukkan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; (5) mempunyai atau menghargai keindahan; (6) bebas berfikir dalam belajar; (7) memiliki rasa humor tinggi; (8) memiliki daya imajinasi yang kuat; (9) mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain; (10) dapat bekerja sendiri; (11) sering mencoba hal-hal baru; dan (12) mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan.
c.   Kisi-kisi Instrumen Kreativitas Belajar Siswa
No.
Indikator
Angket
Jumlah
+
-
1.
Memiliki rasa ingin tahu
1, 16
29
3
2.
Sering mengajukan pertanyaan yang membangun
2, 8
30
3
3.
Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
3, 20
14
3
4.
Mampu menunjukkan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
7, 15
28
3
5.
Mempunyai atau menghargai keindahan
19, 27
24
3
6.
Bebas berfikir dalam belajar
13, 10
21
3
7.
Memiliki rasa humor tinggi
25,36
32
3
8.
Mempunyai daya imajinasi yang kuat
4, 6
12
3
9.
Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain
22, 31
35
3
10.
Dapat bekerja sendiri
9, 26
23
3
11.
Sering mencoba hal-hal baru
11, 17
5
3
12.
Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan
18, 34
33
3
Jumlah
24
12
36
d.  Kategori data penelitian berdasarkan kriteria skor kreativitas belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan rumus: 
dimana: R = Rentang, yang diperoleh dengan rumus:
                       R = SMi – SMii
Keterangan:
i            = Panjang kelas
K           = Kelas yang di inginkan
SMi      = Skor maksimum ideal dihitung jika semua item dijawab 5
SMIi     = Skor minimum ideal dihitung jika  semua item dijawab 1
(Sumber: Rahman dalam Ibrahim, 2003:55)
Berdasarkan Rumus tersebut, maka diperoleh rentang kategori KerativitasBelajar Siswa adalah sebagai berikut:
No.
Rentang
Kategori
1.
36-72
Sangat rendah
2.
73-109
Rendah
3.
110-146
Tinggi
4.
147-183
Sangat Tinggi

2.   Instrumen Hasil Belajar Ekonomi
a.   Definisi Konsep
Definisi konsep hasil belajar ekonomi siswa dalam penelitian ini adalah perubahan tingkahlaku pada diri siswa yang diperoleh setelah melakukan kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran ekonomi yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pembahasan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
b.   Definisi Operasional
Definisi operasional hasil belajar ekonomi siswa dalam penelitian ini adalah total skor yang diperoleh setiap responden dalam menjawab tes mata pelajaran ekonomi yang mencakup pokok bahasan : 1) pendapatan nasional dan cara perhitungannya; 2) hubungan Produk Domestik Bruto (PDB), Pendapatan Nasinal/Nastional Income (NI), Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI), dan Pendapatan Setelah Pajak/Dsposible Income (DI); dan 3) hubungan pendapatan nasional, pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan.
c.   Kisi-kisi Instrumen hasil Belajar Ekonomi
Pokok Bahasan
Nomor Butir Tes
Jumlah
C1
C2
C3
C4
Definisi pendapatan nasional dan cara perhitungannya.
12,14,
17,21
2,19,29
25,27
16
10
Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB), Pendapatan Nasinal/Nastional Income (NI), Pendapatan Perseorangan/Personal Income (PI), dan Pendapatan Setelah Pajak/Dsposible Income (DI).
6, 7, 11,22
10,18, 28
5,24
15
10
Hubungan pendapatan nasional, pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan.
1,3, 13,30
4,8,
20
9,
26
23
10
Jumlah
12
9
6
3
30
d.  Kategori data penelitian berdasarkan kriteria skor hasil belajar ekonomi siswa adalah sebagai berikut:
No.
Kategori
Rentang
1.
Sangant Kurang
<60
2.
Kurang
60-69
3.
Sedang
70-79
4.
Baik
80-89
5.
Sangat Baik
90-100
Sumber: MAN Konda Kab. Konawe Selatan
6.      Teknik Analisis Data
Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas data dan uji linearitas.
Untuk menguji normalitas data menggunakan statistik Chi Kuadrat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
X2 = ∑
Dimana:
fe    =    frekuensi harapan
fo    =    frekuensi observasi                        (Sudjana, 1992: 273)

Adapun kriteria pengujiannya yaitu:
1.      Jika X2 _ hitung  <  X2 _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), maka data berdistribusi normal.
2.      Jika X2 _ hitung  >  X2 _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), maka data tidak berdistribusi normal
Untuk menguji homogenitas data digunakan rumus :
X2 = (In 10){B-∑(n1 -1) log
Adapun Kriteria pengujiannya yaitu :
1.      Jika X2 _ hitung  <  X2 _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), maka data berasal dari populasi yang homogen
2.      Jika X2 _ hitung  >  X2 _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), maka data berasal dari populasi yang tidak homogeny.
Sedangkan untuk Uji linearitas dengan persamaan regresi sebagai berikut:
 = a + bX                             
Ket:
    =   Variabel terikat (hasil belajar ekonomi siswa)
X    =   Variabel Bebas (kreativitas belajar siswa)
a     =   nilai konstanta (nilsi  pada saat X = 0)
b     =   koefisien variabel
Untuk mencari nilai a digunakan rumus :
a =  
Untuk mencari nilai b di gunakan rumus :
b =
Sedangkan  untuk  mengetahui  keberartian koefisien korelasi regresi
digunakan uji F dengan rumus:
F- hitung  =
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
a.    Jika F _ hitung  >  F _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), berarti ada hubungan yang signifikan variabel X dan variabel Y
b.    Jika F _ hitung  <  F _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), berarti tidak ada hubungan yang signifikan variabel X dan variabel Y
Untuk mengetahui linearitas persamaana regresi, maka digunakan uji linearitas dengan rumus :
F- hitung  =
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
a.     Jika F _ hitung  <  F _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), berarti persamaan regresi yang diperoleh bersifat linear.
b.    Jika F _ hitung  >  F _ tabel  pada taraf signifikan 95% (α = 0,05), berarti persamaan regresi yang diperoleh tidak bersifat linear.
7.      Uji Hipotesis
Untuk mengetahui atau menghitung hubungan tingkat keeratan antara variabel kresativitas belajar siswa (X) dan variabel hasil belajar ekonomi siswa (Y), maka digunakan analisis korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
r xy =
Ket:
r xy      =            koefisien korelasi
X    = jumlah skor dalam sebaran X
Y    = jumlah skor dalam sebaran Y
XY = jumlah skor hasil belajar ekonomi siswa x skor kreativitas belajar siswa
X2         =             jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Y2         =             jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n        = jumlah sampel

Untuk menguji keberartian koefisien korelasi, maka digunakan Uji –t dengan rumus sebagai berikut:
t_ hitung =
Ket:
t_ hitung     =    keberartian koefisien regresi
r             =    koefisien korelasi
n             =   jumlah sampel

8.      Hipotesis Statistik
Adapun bentuk hipotesis statistik dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
H1  :    rxy  ≠ 0   Ada hubungan positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan
H0  :    rxy  = 0   Tidak ada hubungan positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan


HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Hasil Penelitian
Data variabel kreativitas belajar siswa diukur dengan menggunakan angket yang terdiri dari 36 pernyataan dengan menggunakan skala 1 sampai 5. Sehingga skor tertinggi setiap pernyataan adalah 5 dan skor terendah adalah 1. Maka secara teoritiknya skor tertinggi adalah 180 (5 x 36) dan skor terendah 36 (1 x 36). Skor kreativitas belajar yang dicapai oleh 55 responden dapat dilihat pada tabel Distribusi Frekuensi Kreativitas Belajar Siswa (X) berikut:
No.
Kelas Interval
F
Frekuensi Relatif
1.
93-99
3
5.45%
2.
100-106
3
5.45%
3.
107-113
8
14.54%
4.
114-120
20
36.36%
5.
121-127
9
16.36%
6.
128-134
9
16.36%
7.
135-141
3
5.45%
Jumlah
55
100%

Adapun pengkategorian kreativitas belajar siswa dapat sebagai berikut:
No
Kategori
Rentang
f
Persentase
1
Sangat rendah
36-72
0
0
2
Rendah
73-109
7
12.73%
3
Tinggi
110-146
48
87.27%
     4
Sangat Tinggi
147-183
0
0
Jumlah
55
100%







25 -

20 -

15 -

10 -
  5 -
         0 -
                                   92,5        99,5       106,5     113,5      120,5     127,5   134,5    141,5
Kelas Interval
Berdasarkan data pada tabel kategori kreativitas belajar siswadi atas, diketahui bahwa 12,73% siswa memiliki kreativitas belajar yang rendah, 87.27% siswa memiliki kreativitas belajar yang yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa kelas X MAN Konda memiliki tingkat kreativitas belajar yang tinggi.
Gambar 1: Histogram Angket Kreativitas Belajar Siswa



Text Box: F r e k u e n s i
 





Pada analisis deskriptip dengan menggunakan program SPSS V.20 for windows  jumlah data pada variabel kreativitas belajar siswa (X) dengan 55 orang responden diperoleh jumlah data kreativitas belajar siswa sebesar 6.702, nilai range sebesar 48, nilai terendah 93, nilai tertinggi 141, rata-rata sebesar 121,85, serta standar deviasi 11,548.
Sedangkan data variabel hasil belajar ekonomi diukur dengan menggunakan tes hasil belajar yang terdiri dari 30 butir pertanyaan, sehingga secara teoritik nilai tertinggi dari dari tes hasil belajar adalah 100  dan nilai terendah adalah 0. Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 55 responden yang diteliti, nilai hasil belajar ekonomi yang dicapai oleh siswa kelas X dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi (Y)
No.
Kelas Interval
F
Frekuensi Relatif
1.
57-61
2
3.64%
2.
62-66
4
7.27%
3.
67-71
8
14.54%
4.
72-76
12
21.82%
5.
77-81
14
25.45%
6.
82-86
8
14.54%
7.
87-91
7
12.73%
Jumlah
55
100%

Adapun pengkategorian hasil belajar ekonomi siswa adalah sebagai berikut:
No.
Kategori
Rentang
f
Presentase
1
Sangat kurang
<60
1
1.818%
2
Kurang
60 -69
11
20%
3
Sedang
70 – 79
21
38.18%
4
Baik
80 – 89
20
36.36%
5
Sangat Baik
90 – 100
2
3.636%
Jumlah
55
100%

Berdasarkan data pada tabel kategori hasil belajar ekonomi siswa di atas, diketahui bahwa 1,81% siswa memiliki hasil belajar ekonomi yang sangat kurang, 20% siswa memiliki hasil belajar ekonomi yang kurang. 38,18% siswa memiliki hasil belajar ekonomi yang kurang sedang, 36,36% siswa memiliki hasil belajar ekonomi yang baik, 3,363%  siswa memiliki hasil belajar ekonomi yang sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa kelas X MAN Konda memiliki tingkat hasil belajar ekonomi yang sedang.
Gambar 2: Histogram Tes Hasil Belajar Ekonomi Siswa
   16-
  14 -
  12 -
  10 -
1  8 -
1  6 -
1  4 -
1  2 -
1          0 -
                                56,5        61,5        66,5     71,5       76,5       81,5      86,5       91,5
Kelas Interval



Text Box: F r e k u e n s i
 












Pada analisis deskriptip dengan menggunakan program SPSS V.20 for windows  jumlah data pada variabel hasil belajar ekonomi siswa (Y) dengan 55 orang responden diperoleh sebesar 4.165, nilai range sebesar 33, nilai terendah 57, nilai tertinggi 90, rata-rata sebesar 75,73, serta standar deviasi 8,008.
2.      Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai X2hitung variabel kreativitas belajar siswa sebesar 6,83, X2hitung  dan hasil belajar ekonomi sebesar 2,58 sedangkan < X2tabel ­­­ sebesar 12,592 dengan α = 0,05 atau X2hitung  < X2tabel  sehingga data kreativitas belajar siswa (X) dan hasil belajar ekonomi (Y) juga berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS V.20 for windows menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan α=0,05 di peroleh nilai signifikansi (Sig) untuk variabel kreativitas belajar siswa sebesar 0,154 dan uji Shapiro-Wilk (Lilliefors) sebesar 0,070. Kedua hasil tersebut menujukkan angka di atas 0,05 yang artinya data kreativitas belajar siswa berdistribusi secara normal. Sedangkan untuk variabel hasil belajar ekonomi siswa pada uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh signifikansi (Sig) sebesar 0,082 dan  uji Shapiro-Wilk (Lilliefors) sebesar 0,126. Kedua hasil tersebut menunjukkan angka diatas 0,05 yang berarti data hasil belajar ekonomi siswa berdistribusi secara normal.

Sementara itu berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas data variabel kreativitas belajar siswa dan hasil belajar ekonomi siswa diperoleh X2hitung = 0,438. Jika dibandingkan dengan X2tabel sebesar 3,48 maka X2hitung < X2tabel yaitu X2hitung = 0,438< X2tabel =3,48. Hal ini berarti data kedua variabel berasal dari populasi yang homogen.
Dengan menggunakan program SPSS V.20 for windows uji homogenitas data menunjukkan bahwa semua nilai sig berada di atas 0,05, hal ini berarti bahwa data kedua variabel berasal dari populasi yang homogen.
Berdasarkan hasil analisis regresi linear diperoleh persamaan  = 26,98 + 0,40X. Sedangkan hasil uji lineatitas persamaan regresi dipeeroleh Fhitung  sebesar 0,51. Jika dibandingkan dengan Ftabel  sebesar 1,91. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhiutjg < Ftabel yaitu 0,51<1,91. Hal ini berarti persamaan  = 26,98 + 0,40X  adalah linear.
Dengan menggunakan program SPSS V.20 for windows diperoleh persamaan regresi Ŷ = 26,927 + 0,400X. Sedangkan hasil uji linearitas diperoleh nilai Fhitung untuk Deviation from Linearity sebesar 0,827. Jika dibandingkan dengan Ftabel sebesar 1,91. Maka dapat disimpulkan bahwa Fhitng <Ftabel yaitu 0,827<1,91 Angka ini menunjukkan di atas 0,05 yang berarti persamaan Ŷ = 26,927 + 0,400X adalah linear.
3.      Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan”.
Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1: rxy ≠ 0 Ada hubungan positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan
H0 : rxy  = 0 Tidak ada hubungan positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear sederhana dan analisis korelasi. Berdasarkan hasil regresi linear sederhana antara variabel kreativitas belajar siswa (X) dan hasil belajar ekonomi (Y) diperoleh nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,40 dan nilai konstanta (a)  sebesar 26,98. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan skor kreativitas belajar siswa akan diikuti oleh kenaikan skor hasil belajar ekonomi sebesar 0,40 pada konstanta 26,98   Maka bentuk hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi dapat ditunjukkan dengan persamaan regresi  = 26,98 + 0,40X.
Uji signifikansi dan linearitas dilakukan uji F dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
Tabel 9.  Daftar ANAVA Hasil Uji Signifikansi dan Linearitas Garis Regresi  = 26,98 + 0,40X
Sumber Variansi
dk
JK
RJK
Fhitung
Ftabel
α = 0.05
Total
55
318.867
-
-

Regresi (a)
Regresi (b/a)
Sisa (s)
1
1
53
315.404,1
1.153,53
2.309,38
315.404,1
1.153,53
43,57
26,48
4,02
Tuna Cocok (TC)
Galat (G)
26
28
740,71
1.568,67
28,49
56,02
0,51
1,91
Keterangan:
Dk     :    derajat kebebasan
JK      :    jumlah kuadrat
RJK   :    rata-rata jumlah kuadrat
Regresi berbentuk linear (Fhitung = 0,51 < Ftabel = 1,91) pada α 0,05

Berdasarkan  hasil  pengujian  diatas  dapat  diketahui  bahwa  regresi     = 26,98 + 0,40X signifikan dan linear, dari model tersebut dapat diartikan bahwa setiap kenaikan skor kreativitas belajar siswa akan diikuti oleh kenaikan skor hasil belajar ekonomi sebesar 0,40 pada konstanta 26,98 dan sebaliknya.
Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kreativitas belajar siswa (X) dengan hasil belajar ekonomi (Y) dapat ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar rxy = 0,58. Untuk menguji koefisien korelasi dilakukan dengan uji-t dan diperoleh hasil thitung sebesar 5,18 sedangkan ttabel 2,000  pada α = 0,05 dan diketahui bahwa thitung lebih besar dari ttabel atau 5,18 > 2,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara kreativitas belajar siswa (X) dengan hasil belajar ekonomi (Y) adalah signifikan.
Koefisien korelasi X dan Y signifikan (thitung  = 5,18 > ttabel = 2,000) pada α = 0,05 dengan dk n – 2 = 53 yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda dengan koefisien determinasi sebesar 33,64%
Pada perhitungan yang lain dengan menggunakan program SPSS V.20 for windows. Berdasarkan hasil regresi linear sederhana antara variabel kreativitas belajar siswa (X) dan hasil belajar ekonomi (Y) diperoleh nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,400 dan nilai konstanta (a)  sebesar 26,927. Sehingga diperoleh persamaan regresi  = 26,927 + 0,400X. Persamaan tersebut dapat diuji linear atau tidak dengan menggunakan uji linearitas. Berdasarkan output pada program SPSS V.20 for windows ditunjukkan bahwa nilai Fhitung untuk Deviation from Linearity sebesar 0,827. Angka 0,827 menunjukkan bahwa 0,827 > 0,05. Hal ini berarti persamaan tersebut adalah linear.
Pada hasil output program SPSS V.20 for windows diperoleh koefisien korelasi sebesar rxy sebesar 0,578 dengan signifikansi 0,000. Dengan demikian korelasi pearson sebesar 0,578 dengan sig. 0,000 < α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda. Sedangkan untuk mengetahui koefisien determinasi pada program SPSS V.20 for windows ditunjukkan bahwa R square sebesar 0,334.
4.      Pembahasan
Hasil penemuan dalam penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda. Untuk dapat mengetahui besarnya hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda dalam penelitian ini maka digunakan angket kreativitas belajar siswa dan tes hasil belajar ekonomi. Skor yang diperoleh oleh responden memberikan data tentang kreativitas belajar siswa sebagaimana terlampir dalam lampiran 3 serta nilai hasil belajar siswa dalam menjawab tes objektif yang diberikan memberikan data tentang hasil belajar ekonomi siswa .
Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2004: 82) yang menyatakan bahwa kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap hasil belajar seorang siswa. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat (baik bakat sekolah maupun bakat bekerja) serta kreativitas. Hal ini dapat disempurnakan oleh Semiawan (2000: 7) yang menyatakan bahwa kreativitas belajar adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menetapkannya dalam pemecahan masalah dalam belajar. Masalah-masalah dalam belajar yang dapat menghambat proses pencapaian hasil belajar yang diinginkan dapat diatasi dengan adanya kreativitas belajar, dengan adanya kreativitas belajar siswa akan mampu memberikan gagasan guna memecahkan masalah belajar tersebut.
Pendapat di atas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Tornace dan Myres dikutip oleh Trifinger dalam Semiawan (2000: 34) yang menyatakan bahwa kreativitas belajar siswa adalah sebuah proses pembelajar untuk menjadi peka atau sadar akan masalah, kekurangan-kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsure-unsur yang tidak ada, ketidakharmonisan dan sebagainya. Dengan adanya kreativitas belajar yang dimiliki, siswa akan mampu untuk mencari dan memenuhi kekurangan-kekurangan yang dimiliki dan berusaha menghilangkan kesenjangan pengetahuannya guna mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Seorang siswa yang memiliki kreativitas belajar yang tinggi maka semakin besar peluangnya untuk dapat mencapai tujuannya dalam belajar. Salah satu tujuan belajar adalah untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hasil belajar adalah perubahan tingkahlaku pada diri siswa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pembahasan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya penigkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Maka untuk mengetahui hasil belajar tersebut harus diadakan pengujian atau evaluasi, dengan evaluasi tersebut kita dapat melihat sejauhmana pengetahuan siswa tentang pelajaran yang telah dipelajari.
Hasil penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu yang dikemukakan oleh Samsiarni (2006) dengan judul hubungan antara berfikir kreatif dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kulisusu yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara berfikir kreatif dengan hasil belajar ekonomi siswa.
Letak perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah indikator untuk mengukur variabel bebas. Pada penelitian terdahulu untuk mengukur tingkat berfikir kreatif menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Semiawan (2000: 7) yang menyatakan bahwa berfikir kreatif dapat diukur dengan beberapa aspek, yaitu kelancaran dalam berfikir, keluwesan, keaslian, elaborasi, memeiliki rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu mencari pengalaman baru. Sedangkan pada penelitian ini untuk mengukur tingkat kreativitas belajar siswa  peneliti menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Uno (2009: 21) yang menyatakan bahwa kreativitas belajar dapat diukur dengan indikator sebagai berikut: (1) memiliki rasa ingin tahu; (2) sering mengajukan pertanyaan yang membangun; (3) memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah; (4) mampu menunjukkan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu; (5) mempunyai atau menghargai keindahan; (6) bebas berfikir dalam belajar; (7) memiliki rasa humor tinggi; (8) memiliki daya imajinasi yang kuat; (9) mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain; (10) dapat bekerja sendiri; (11) sering mencoba hal-hal baru; (12) mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar siswa berkorelasi positif dan signifikan dengan hasil belajar ekonomi siswa. Artinya jika kreativitas belajar siswa naik maka hasil belajar ekonomi siswa juga akan naik.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara kreativitas belajar siswa dengan hasil belajar ekonomi siswa kelas X MAN Konda, maka hendaknya guru dapat ikut serta dalam menumbuhkembangkan kreativitas pada diri siswa, serta bagi siswa hendaknya dapat lebih meningkatkan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari khususnya kreativitas dalam belajar seperti sering mengajukan pertanyaan yang membangun, dapat menunjukkan pendapat secara spontan, sering mencoba hal-hal baru dalam belajar sehingga pada akhirnya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan dan berguna untuk hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Ali dan Ansori . 2004. Kreativitas, Kebudayaan dan Pengembangan Iptek. Bandung: Depdikbud – PT. Alfabeta
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pelajaran Pengetahuan Sosial SMP (Kompetenci Dasar). Jakarta: Departemen Pendidikan nasional
_________. 2003. Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Ekonomi, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas
Elizabeth B. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Fathurohman dan Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar, Melalui Peneneman Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/kreativitas-belajar.html (diakses pada tanggal 25 September 2012, pukul 08.45 AM)
(diakses pada tanggal 6 Oktober 2012, pukul 10.25 PM)
Ibrahim dan Syaodiyah. 2007. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta
Mack, Dieter. 2002. Komposisi di Sekolah Sebagai Jalur Keluar Dari Dilema Pendidikan Musik. Semarang, Pasca Sarjana UNNES.
Nashar, Drs. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press
Natawijaya, rohman. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pridojaya
Samuelson, Paul. A. 2003. Strategi Ekonomi SMA Buku I. Surabaya: Tiga Serangkai
Santoso, Rukky. 2002. Mengembangkan Otak Kanan Anak-Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sanjaya. 2006. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Sudjana. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru
Susilo, J.M., 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran, LP21 Press, Yogyakarta
Uno, Hamzah B dan Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola kecerdasan dalam pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. (tersedia) http://alimsumarno.blogspot.com/2012/02/kreativitas-belajar.html (diakses pada tanggal 2 O(ktober 2012, pukul 10.45 AM)
Usman. 2001. Upaya Optimalisasi Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung